ChanelMuslim.com – Kisah kecintaan Rasulullah kepada keluarganya berlanjut dengan usaha Rasulullah untuk terus mendakwahi Abu Thalib. Saat itu, pamannya sedang menghadapi sakratulmaut, Rasulullah pun terus berusaha agar Abu Thalib bisa meninggal dalam keadaan beriman kepada Allah.
Baca Juga: Kisah Kecintaan Rasulullah kepada Keluarganya (1)
Mendoakan merupakan Bukti Kecintaan Rasulullah kepada Keluarganya
Sebaimana yang d⁷ikisahkan dalam riwayat, saat itu, Abu Thalib tengah menghadapi kematian, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam datang menemuinya, sementara Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umaiyyah ada di dekatnya.
Rasulullah berkata kepadanya: “Wahai pamanku, ucapkanlah “Laa Ilaaha Illallaah!” sebuah kalimat yang akan aku jadikan hujjah untuk membelamu di hadapan Allah!”
Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah mempengaruhinya dengan ucapan, “Wahai Abu Thalib, apakah engkau tega membenci agama Abdul Muththalib?”
Mereka berdua terus mempengaruhinya, sehingga kalimat terakhir yang diucapkan Abu Thalib adalah: “Aku wafat di atas agama Abdul Muththalib!”
Rasulullah pun berkata, “Aku akan terus memohonkan ampun bagimu selama hal itu belum dilarang atasku!”
Hingga akhirnya turunlah sebuah ayat, “Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni Neraka Jahannam.” (At-Taubah: 113)
Selain itu, turun juga ayat, “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.” (Al-Qashash: 56)
(Kisah tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari dan Muslim dalam kitab mereka).
Baca Juga: Kisah Masa Kecil Nabi Muhammad yang Hampir Diculik Orang-orang Habasyah
Memohon Pengampunan
Setelah turunnya ayat tersebut, Rasulullah mematuhi dan menaati perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Beliau tidak lagi memanjatkan doa bagi orang-orang musyrik meskipun dari kalangan kerabat beliau.
Hal ini merupakan sikap loyalitas yang tinggi terhadap Dienul Islam serta bara’ (berlepas diri) dari orang-orang kafir dan musyrik meskipun berasal dari kalangan keluarga dan kaum kerabat.
Sahabat Muslim, semoga kisah-kisah kecintaan Rasulullah kepada keluarganya menjadi teladan bagi kita agar selalu menyayangi kerabat-kerabat kita. [Cms]