BENCANA Sumatera memasuki masa pemulihan. Tapi, tidak begitu dengan panggung politik Indonesia yang tiba-tiba menjadi ‘telanjang’.
Ada sisi lain dari bencana Sumatera yang akhirnya mengungkap aneka panggung para politisi Indonesia. Seperti hikmah di balik bencana, kini politisi nasional termasuk kalangan istana ‘terkotori lumpur’ bencana di tiga provinsi itu.
Sejumlah pihak, tak pelak, akhirnya terseret kasus deforestasi kawasan hutan Sumatera. Karena bukan hujan lebat yang menjadi penyebab, melainkan karena hutannya yang rusak parah.
Ada kerusakan yang disebabkan karena perburuan terhadap kayu hutannya. Ada yang karena masifnya aneka penambangan. Ada juga yang karena alih fungsi lahan untuk kelapa sawit.
Menariknya, dari semua sebab deforestasi itu, bisa dibilang 90 persen lebih dilakoni oleh para elit dari Jakarta. Mereka seperti kongkalikong bagi-bagi lahan untuk kepentingan pribadi.
Semua ini bukan tuduhan asal. Tapi sudah begitu detil diungkapkan oleh sejumlah organisasi lingkungan hidup.
Mereka para pelaku itu lupa kalau di era digital saat ini seperti tak ada lagi yang bisa bersembunyi dari pantauan informasi. Semua bisa diakses.
Jadi, jangan pernah ‘akting drama’ di bencana Sumatera kali ini. Semua topeng dan penutup sosok ‘Anda’ sudah diketahui publik. Akui saja, dan mohon maaf secara terbuka. Rasanya itu jauh lebih baik.
Segera optimalkan pemulihan di semua wilayah bencana itu. Mungkin dengan begitu, rakyat Indonesia bisa memaafkan. [Mh]


