MENGUMBAR bahagia di sosial media ditulis oleh Taufik Aulia pada 23 November 2020 yang mengingatkan bahwa hal tersebut dapat mengaburkan makna bahagia.
Hati-hati, terlalu banyak mengumbar kebahagiaan di sosial media bisa mengaburkan makna di balik kebahagiaan itu sendiri.
Awalnya, bahagia itu sederhana. Namun, jadi rumit tatkala kita selalu mengikuti dorongan untuk membagikannya di sosial media.
Ada perasaan senang saat ada yang memberikan komentar baik seperti ucapan selamat, doa, dan pujian.
Ada pula perasaan sedih saat ada yang memberimu komentar negatif meski mungkin maksudnya hanya bercanda.
Baca Juga: Sosial Media Dapat Mengubah Perilaku Seseorang
Mengumbar Bahagia di Sosial Media
Bahkan boleh jadi kita akan bertanya-tanya jika tak ada orang yang berkomentar atas apa yang kita bagikan.
Ke mana, nih orang-orang, kok tumben enggak ada yang komen? Apa enggak menarik ya? Apa aku udah enggak penting, ya?
Bila dorongan ini terus dituruti, ia akan membuat kebahagiaan kita seakan-akan belum sempurna jika belum dibagikan di sosial media.
Inilah saat makna kebahagiaan menjadi kabur.
Padahal kebahagiaan saja sudah cukup sebenarnya untuk kita nikmati sendiri tanpa perlu lagi pengakuan dari orang lain.
Maka, apa yang benar-benar kita cari dari membagikan kebahagiaan di sosial media?
Semoga tulisan ini dapat menginspirasi kita dan memperdalam pemahaman kita terhadap makna bahagia dalam hidup.
Bahwa, tidak selalu bahagia itu dimaknai dengan sejumlah like dan comment atau bahkan, perlukan kita membagikan setiap momen kebahagiaan kita di media sosial?
Sekali lagi, apapun yang kita lakukan selalu diawali dan dinilai dengan niat. Niat yang baik akan menuai pahala. Begitu pula jika berniat hanya sekadar mendapat pujian dari apa yang kita lakukan.
Mari berintrospeksi diri, bagaimana sikap kita terhadap media sosial.[ind]