UANG dianggap sebagian orang seperti racun. Uang seolah bisa mengubah orang baik menjadi buruk.
Dari Imam An-Nasai dan lainnya, ada sebuah riwayat shahih tentang seorang sahabat Nabi. Ia adalah seorang Badui yang begitu bersemangat berjihad bersama Nabi.
Dalam sebuah momen di Perang Khaibar, sejumlah ghanimah dibagikan kepada tentara muslim. Tak terkecuali, orang Badui itu. Seorang sahabat Nabi membawakan bagian ghanimah untuknya.
“Apa ini?” tanyanya dengan heran.
“Ini jatah ghanimah yang diberikan untukmu,” jawab sahabat Nabi.
Si Badui tampak terpaksa menerima jatah itu. Ia pun beranjak untuk menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Ya Rasulullah, bukan ini yang kuharapkan dari jihad,” ucapnya.
“Jadi, apa yang kau harapkan dari jihad, sahabatku?” ucap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Badui itu mengisyaratkan adanya sebuah anak panah yang menembus lehernya. Artinya, ia hanya mengharapkan mati syahid dan meraih surga.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Jika engkau berkata jujur, maka Allah subhanahu wata’ala akan membenarkan ucapanmu.”
Dalam sebuah pertempuran berikutnya, seorang mujahid terkena panah persis di lehernya, dan syahid. Para sahabat pun membawa jenazah itu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Apakah ia orang yang kemarin bertemuku?” tanya Nabi.
“Benar, Ya Rasulullah!” jawab seorang sahabat.
Nabi berkata, “Ia telah berbuat shiddiq kepada Allah, dan Allah berbuat shiddiq kepadanya.”
Kemudian, Nabi mengkafani jenazah Badui itu dengan baju besi milik Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Nabi mendoakan, “Ya Allah, ini adalah hamba-Mu yang berhijrah karenamu dan terbunuh sebagai syahid. Dan aku bersaksi atas ini.”
**
Sebagian orang bilang, “Uang bisa mengubah orang.” Orang yang baik bisa berubah buruk karena uang.
Padahal, yang tepat tidak demikian. Uang bukan mengubah orang. Tapi, uang menguji orang: apakah ia memang benar-benar baik, atau ia orang buruk yang berkedok baik.
Perbaikilah niat ibadah dan amal kita hanya karena Allah semata. Insya Allah, uang seberapa pun tak akan mengubah siapa kita yang sebenarnya di sisi Allah subhanahu wata’ala. [Mh]