ChanelMuslim.com – Dalam Perang Mut’ah, pengorbanan para sahabat sangat terlihat ketika berjuang bersama-sama demi kehormatan bendera tauhid.
Para sahabat tidak membiarkan bendera itu jatuh ke tanah. Mereka tidak melepaskan bendera tersebut walaupun sudah dalam keadaan terluka parah, bahkan kritis.
Baca Juga: Mereka Bertanya tentang Rampasan Perang
Pengorbanan Para Sahabat
Dilansir channel telegram Hikmah Agung, pada Perang Mu’tah, Tahun ke-8 Hijriyah, panglima Zayd ibn Haritsah Radhiyallahu’anhu wafat dalam keadaan:
وجالد زيد بن حارثة عن راية رسول الله صلى الله عليه وسلم جلادًا
Zayd ibn Haritsah bertempur (jarak dekat) melindungi ar-Raya (bendera hitam) Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam dengan kesabaran (ketahanan).
حتى خرّقت جسده مئات الرماح
(Zayd syahid) dengan tertusuki pada jasadnya (sekitar) seratus (luka) tombak.
Kemuliaan bendera Tauhid serta kesiapan para sahabat Rasulullah untuk meregang nyawa demi kehormatannya adalah sesuatu yang setiap orang beriman perlu mencontoh.
Setelah komando diambil alih oleh Ja’far ibn Abi Thalib Radhiyallahu’anhu, beliau wafat dalam keadaan:
أن جعفر بن أبي طالب أخذ اللواء بيمينه فقطعت
Bahwasanya Ja’far ibn Abi Thalib mengambil al-Liwa’ (panji putih Rasulullah) dengan tangan kanannya hingga tertebas (lawan),
فأخذ بشماله فقطعت
Kemudian (Ja’far) mengembannya (panji putih Rasulullah) dengan tangan kirinya (untuk terus mengobarkan semangat juang) hingga tertebas (pula oleh lawan),
فاحتضنه بعضديه حتى قتل
Kemudian dipeluknya (panji putih Rasulullah) dengan bantuan (sisa) kedua (lengannya) hingga syahid.
Baca Juga: Human Rights Watch: Kejahatan Perang Israel Terlihat dalam Perang Gaza
Suatu Hal yang Biasa
Ustaz Agung Waspodo juga menuliskan bahwa berusaha maksimal melindungi kehormatan bendera Rasulullah dalam peperangan adalah suatu yang biasa di kalangan para sahabatnya, demikian pula harus tumbuh rasa mencintai simbol-simbol Tauhid pada diri kita yang beriman.
Setelah komando beralih kepada Abdullah ibn Rawahah,
فلما قتل جعفر أخذ عبدالله بن رواحة الراية ثم تقدم بها، وهو على فرسه، فقاتل حتى قتل
Setelah Ja’far syahid, Abdullah ibn Rawahah mengambil (alih) ar-Raya (bendera hitam Rasulullah) kemudian maju (menyerang musuh) dengannya, sedangkan dia menunggang kuda, ia menyerbu hingga syahid.
Setelah itu, bendera diambil alih oleh Tsabit ibn Aqram al-Anshari, ahlul Badr, sebelum diserahkan kepada Khalid ibn al-Walid Radhiyallahu’anhu yang dipilih sebagai panglima yang memukul mundur pasukan Byzantium sehingga kaum muslimin dapat kembali ke Madinah.
Bendera dan panji Rasulullah telah menjadi sumber kepahlawanan tiada tara, bukan suatu objek yang dijadikan permainan atau canda.
Sahabat Muslim, semoga tulisan dari Ustaz Agung Waspodo ini membuat kita lebih mencintai Islam dan lebih semangat berkontribusi untuk kemajuan Islam. [Cms]
(Suwar min Hayatish Shahabah, Dr. Abdurrahman Rafat Basya, Jilid I, hal. 217, as-Sirah an-Nabawiyah, Ibn Hisyam, Jilid II, hal. 292, as-Sirah an-Nabawiyah, İbn Hisyam, Jilid II, hal. 293)