DAKWAH sebagai ruh perjuangan Kemenangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak diukur dengan seberapa banyak kepala musuh yang telah dibabat habis, namun genjatan senjata dan perdamaian itu yang diutamakan.
Lubuk hati beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah dan kebencian tersulut kembali.
Itulah sifat rahmah beliau bagi umatnya. Beliau mengajarkan bahwa Islam tidak dibangun di atas kekerasan dan kebengisan, namun dibangun dengan penuh kelemah-lembutan dan anti provokasi.
Tidak dipungkiri bahwa di sisi lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tetap mengajarkan sikap tegas kepada mereka yang menentang Islam dan tidak mau diajak untuk berdamai.
Baca juga: Kecintaan yang Dimiliki Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam
Dakwah Sebagai Ruh Perjuangan
Hal ini dapat kita lihat dari sikap tegas beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ketika orang-orang Quraisy mengingkari perjanjian Hudaibiyah dengan mengerahkan semua pasukan menuju ke Mekkah.
Begitu juga komando yang beliau sampaikan kepada para panglima beliau Khalid bin Walid, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Ubadah dan Abu Ubaidah bin Jarrah agar tidak segan-segan untuk membunuh siapa saja yang melawan dan tidak mau diajak berdamai.
“Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan [keimanan dan keselamatan] bagi kalian, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin,” [QS. at-Taubah: 128].
Pelajaran lain dari kasih sayang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah menyelamatkan umatnya dari siksa api neraka kelak di akhirat. Terwujud dalam pribadi beliau sebuah prinsip menjadikan dakwah sebagai ruh perjuangan tegaknya Islam.
Beliau mengerahkan semua jiwa dan hartanya semata-mata untuk mengajak umatnya kepada kebahagiaan yang hakiki dengan manisnya keimanan. Dakwah yang beliau usung adalah dakwah dengan hikmah.
Ketika diangkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun, beliau menghadapi penolakan begitu kuat dari kalangan orang-orang Arab Quraisy, namun beliau tetap mendakwahi mereka dan mengajak kerabat-kerabat beliau kepada Islam dengan penuh kesopanan dan kata-kata lembut.
Syiar dakwah kepada Islam ini terus beliau emban hingga beliau hijrah ke Madinah dan akhirnya kembali lagi ke Mekkah kota tempat wahyu Allah pertama kali diturunkan.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Ketika telah memasuki kota Mekkah kembali bersama 10 ribu sahabatnya, beliau melihat ini adalah saat yang tepat untuk meluluh lantahkan berhala-berhala yang ada di sekitar Ka`bah.
Itulah hikmah dalam dakwah dan intisari dari agama yang mulia ini, menyelamatkan seluruh umat manusia dari menyembah sesama makhluk kepada penghambaan semata hanya kepada Allah.
“Serulah [manusia] kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk,” [QS. an-Nahl: 125].
Inilah Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kecintaan kepada sesama dari tanah suci yang mulia untuk seluruh umat manusia di manapun mereka berada. [Din]