KECINTAAN yang dimiliki Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang pemaaf sejati, Nabi yang sangat mengasihi umatnya, walau umatnya telah menyakiti beliau baik secara fisik maupun non fisik.
Di awal dakwah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kepada tauhid, bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Allah Ta`ala semata, beliau telah merasakan bagaimana cacian, makian, hujatan, cemoohan dari kaum Quraisy yang pada dasarnya mereka adalah kerabat dan saudara beliau sendiri.
Ketika disyaria`atkan jihad fii sabiilillah para periode Madinah, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga merasakan sakitnya fisik ketika pedang-pedang orang Quraisy mengucurkan darah di pelipis beliau dan mematahkan gigi seri beliau.
Baca juga: Makam Mulia Dulunya Adalah Rumah Aisyah
Kecintaan yang Dimiliki Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam
Meski demikian, sekembalinya ke Mekkah, beliau tidak membalas racun dengan racun, namun membalas racun itu dengan madu.
Sifat ini terbukti dengan pemberian maaf beliau kepada Abu Sufyan yang telah memusuhi beliau sejak wahyu pertama turun, tidak hanya memusuhi, namun juga berencana membunuh beliau.
Begitu juga sabda beliau kepada orang-orang Quraisy yang saat itu mereka menunggu hukuman, apakah kiranya yang akan mereka terima karena kebencian dan permusuhan mereka selama ini kepada beliau?
Ternyata jawabannya di luar dugaan mereka, “Fadzhabu, faantumut – thulaqau”, “Pergilah, kalian bebas sekarang”.
Luar biasa, sebuah suri tauladan bagi kehidupan nyata kita saat ini. Kelapangan dada dan kebesaran hati sudah seharusnya menjadi sifat bagi seorang muslim, agar mudah memaafkan saudaranya.
Sebesar apapun cobaan yang menimpa diri ini, tentu masih sangat ringan dibanding cobaan yang menimpa diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Menyambut kebencian, kedengkian, dan permusuhan saudara kita dengan senyuman, cinta dan kasih sayang adalah sikap mulia yang mesti kita warisi.
Disinilah saat yang tepat untuk merubah kerangka berpikir kita, saat kita menginjakkan kaki ini di tanah suci, tanah yang telah banyak mengajarkan arti dan inti ibadah kepada Allah, tanah yang telah menjadi saksi kemurahan hati dan cinta seorang hamba Allah bernama Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Sesungguhnya telah ada pada [diri] Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu [yaitu] bagi orang yang mengharap [rahmat] Allah dan [kedatangan] hari kiamat dan banyak menyebut Allah,” [QS. al-Ahzab: 21]. [Din]