STRES mengungkung sebagian besar remaja kita. Yuk, ajari remaja keluar dari stres.
Usia remaja masa yang paling rentan dihinggapi stres. Bahkan, pakar menyebut bahwa sembilan puluh persen lebih remaja kita terhinggapi stres.
Jika stres dibiarkan tanpa solusi, remaja mengalami gangguan kesehatan mental. Bahkan, bisa melakukan hal yang sangat fatal untuk masa depannya. Seperti pelarian narkoba, seks bebas, hingga bunuh diri. Na’udzubillah.
Langkah-langkah berikut ini setidaknya bisa mengajak remaja untuk keluar dari area stres. Antara lain:
Satu, Buka Pintu Komunikasi
Yang dibutuhkan remaja dari orang tua adalah saling terbuka dalam komunikasi. Saling terbuka artinya tidak ada sumbatan. Salah satunya, ego orang tua bahwa mereka tahu segalanya dan anak tak tahu apa-apa.
Jika orang tua belajar melepas egonya, maka mereka harus sabar belajar untuk mendengarkan: apa saja yang ingin diungkapkan anak.
Biarkan anak menghabiskan apa yang ingin ia sampaikan. Karena hal ini merupakan di antara obat melepas stres.
Jangan posisikan anak sebagai pihak yang tergugat. Anggap ia sebagai tamu terhormat yang ingin menyampaikan pesan dan kesan.
Setelah dirasa ‘plong’, biarkan anak menikmati rasa ‘plongnya’. Sebisa mungkin untuk membuat ia tersenyum dengan reaksi-reaksi ringan.
Setelah itu, berikan ia saran sederhana tapi padat. Dan saran ini diupayakan sebagai ‘motor’ yang bisa digerakkan oleh si anak sendiri.
Misalnya, “Ayah atau ibu yakin kamu bisa sukses seperti yang kamu cita-citakan. Insya Allah!”
Kemudian, biarkan anak untuk merasakan pengendapan, seperti mesin yang overheat yang butuh diistirahatkan sejenak. Jangan buru anak dengan perubahan yang cepat menurut versi orang tua.
Dua, Buat Lingkungan yang Sehat
Tanpa lingkungan yang sehat, apa pun tak akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Dan lingkungan yang paling utama adalah di rumah sendiri.
Berikan ‘ruang’ di rumah agar anak-anak bisa mengekspresikan diri. Mereka merasa nyaman, tidak terintimidasi, bebas bersuara tapi bertanggung jawab, rileks, dan tentu saja akrab dengan lantunan zikrullah.
Zikrullah bisa dibangun melalui shalat berjamaah dalam keluarga, saling menyimak bacaan Al-Qur’an, melantunkan zikir harian bersama, dan lainnya.
Hal ini memposisikan Al-Qur’an dan zikrullah sebagai syifa atau obat hati. Karena tanpa pengobatan, gangguan kesehatan mental akan mengalami traumatis yang sulit disembuhkan.
Selain zikir berjamaah, biarkan anak memfavoritkan zikirnya masing-masing. Boleh jadi, masing-masing orang memiliki ketersentuhan cahaya hidayah yang berbeda.
Intinya, tutup pintu setan untuk membangun rasa was-was, kecewa, sedih, dan berbagai penyakit atau gangguan mental lainnya.
Tiga, Bangun Optimisme
Jangan biarkan anak-anak bergerak tanpa arah. Ajak mereka untuk menemukan arah atau cita-cita yang diimpikan. Dan jangan pernah anggap rendah temuan cita-cita mereka.
Tidak semua kesuksesan diraih melalui jalur akademis. Banyak orang sukses yang tidak memiliki titel pendidikan. Bahkan, mereka jauh lebih banyak dari yang melalui jalur akademis formal.
Saat ini, sarana untuk belajar begitu banyak dan efektif. Yang penting optimisme dan kecocokan arah dengan apa yang diimpikan anak, bukan target subjektif orang tua.
Dan jangan lupa, doa yang tulus dari orang tua untuk anak-anak. Karena ridha Allah ada pada ridha orang tua. [Mh]