ADA dampak negatif yang sangat signifikan bagi tumbuh kembang anak yang menjadi saksi dari Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), baik secara fisik maupun emosionalnya dalam jangka panjang.
Oleh karena itu rumah tangga seharusnya menjadi ruang aman bagi anak untuk menghadirkan ketentraman dalam proses tumbuh kembangnya.
Pembentukan karakter dan sikap anak lahir dari lingkungan keluarganya. Namun tidak sedikit lingkungan keluarga justru memberikan pengaruh negatif untuknya.
Baca Juga: Tumbuh Kembang Anak Ternyata Dipengaruhi oleh Kandungan Gula dalam ASI
Dampak Negatif bagi Tumbuh Kembang Anak yang Menjadi Saksi KDRT
Psikolog Klinis Anak dan Konselor Sekolah Cikal, Winny Suryania, M.Psi., mengatakan bahwa rumah dan keluarga diharapkan menjadi tempat paling aman untuk anak dalam berkembang, sekaligus tempat mereka belajar mengidentifikasi dan membentuk konsep rasa aman dan nyaman untuk dirinya sendiri.
“Saat anak menyaksikan secara langsung kejadian KDRT di rumah, tentunya hal ini dapat memberi dampak untuk tumbuh kembangnya baik secara fisik maupun perkembangan emosi anak tersebut.” ucapnya.
Di sisi lain KDRT dapat menghilangkan kepercayaan bagi anak untuk tumbuh dan berkembang dalam pendampingan keluarga. Anak akan merasa terancam, takut dan ceas pada lingkungan terdekatnya.
“Anak dapat membentuk persepsi bahwa lingkungan sekelilingnya pun menjadi tidak aman bagi dirinya. Anak sulit membentuk rasa percaya pada orang lain dan pada akhirnya menciptakan interaksi yang negatif. “ jelasnya.
Selain hilangnya rasa aman dan percaya diri dari lingkungan keluarga terhadap orang lain secara jangka panjang, dapat pula muncul perilaku agresif yang tidak wajar pada anak.
Anak akan menyerap perilaku kekerasan yang disaksikannya dalam merespon permasalahan, mengambil keputusan dan saat berinteraksi dengan orang lain.
“Pada akhirnya anak lebih banyak terlibat masalah dan tidak kurang dapat meregulasi emosinya dengan lebih tepat.” jelas Winny.
Winny, yang juga merupakan konselor di Sekolah Cikal juga, menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara intimidasi di sekolah dan kekerasan yang dialami atau disaksikan di rumah.
Jika anak sebagai saksi KDRT tidak segera ditangani dengan baik, maka anak akan dengan mudah menormalkan perilaku negatif yang ia alami dan saksikan hingga mendorongnya untuk melakukan hal yang sama kepada temannya, terutama di lingkungan sekolah.
“Perlu dipahami dahulu bahwa dasar perilaku bullying adalah dominasi, kekerasan dan intimidasi. Ada hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara intimidasi di sekolah dan kekerasan yang dialami dalam situasi dirumah.”
Winny menambahkan bahwa anak-anak yang terpapar dengan kekerasan di rumah dan tanpa ada bentuk intervensi apapun lebih memungkinkan mengalami gangguan psikologis yang juga bisa menimbulkan gangguan perilaku.
Selanjutnya, anak-anak tersebut dapat menormalkan jenis perilaku negatif yang ia alami dan mendorongnya untuk melakukan hal yang sama untuk mendominasi/kekerasan/mengintimidasi di situasi sekolah.
[Ln]