HADIS membaca surah yasin di kuburan orangtua banyak digunakan masyarakat saat mengunjungi kubur orangtua mereka.
Namun sangat jarang yang memeriksa kembali kedudukan hadis tersebut dalam disiplin ilmu mushtalah hadis yang telah dibentuk oleh para ulama.
Bunyi hadis tersebut adalah sebagai berikut:
من زار قبر والديه كل جمعة ، فقرأ عندهما أو عنده ( يس ) غفر له بعدد كل آية أو حرف “
Barangsiapa menziarahi kubur kedua orang tuanya, lalu dia membaca di sisi keduanya atau salah satunya surat Yasin, maka dia akan diampuni sebanyak ayat atau huruf surat itu.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbahan 2026
– Imam Abdul Ghani Al Maqdisi dalam As Sunan, 2/91
– Imam Ibnu ‘Adil dalam Al Kamil, 5/152
Baca Juga: Macam-Macam Sedekah Menurut Hadis
Kedudukan Hadis Membaca Yasin di Kuburan Orangtua
Ustaz Farid Nu’man Hasan dalam tulisannya memaparkan sanad beserta kritiknya dari para ulama:
Sanad hadis ini:
Abu Muhammad bin Hayyan berkata kepadaku Abu Ali bin Ibrahim, berkata kepadaku Abu Mas’ud Yazid bin Khalid, berkata kepadaku ‘Amru bin Ziyad Al Baqal Al Khurasani, berkata kepadaku Yahya bin Sulaiman, dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah, dari ayahnya, lalu disebut hadis di atas.
Hadis ini palsu dan tidak ada dasarnya menurut umumnya para ulama.
Imam Ibnu ‘Adi rahimahullah berkata:
وهذا الحديث بهذا الإسناد باطل ليس له أصل
Hadis ini, dengan isnad seperti ini adalah batil, dan tidak ada dasarnya. (Al Kamil fidh Dhuafa, 5/152)
Beliau mengomentari ‘Amru bin Ziyad Al Baqal sebagai berikut:
ولعمرو بن زياد غير هذا من الحديث منها سرقة يسرقها من الثقات ومنها موضوعات وكان هو يتهم بوضعها
Untuk ‘Amru bin Ziyad, selain pada hadis ini, ada hadits lain yang dicurinya dari orang-orang terpercaya dan diantaranya banyak yang palsu, dan dia dituduh memalsukannya. (Ibid)
Sedangkan Imam Ad Daruquthni berkata: “Yadha’ul hadits – dia memalsukan hadis. (Mizanul I’tidal, 3/261)
Imam Adz Dzahabi berkata tentang ‘Amru bin Ziyad: “Wadhaa’ – pemalsu hadis. (Talkhis Kitab Al Maudhu’at, No. 940)
Oleh karena itu, Imam Ibnul Jauzi memasukan hadis ini sebagai deretan hadits palsu. (Al Maudhu’at, 3/239)
Sementara itu, Imam As Suyuthi nampak membela hadis ini dengan mengatakan: Lahu syaahid – hadis ini memiliki penguat. (Lihat Al La-ali Al Mashnu’ah fil Ahadits Maudhu’ah, 2/365)
Lalu Imam As Suyuthi menyebutkan hadis yang beliau sebut sebagai syahid (penguat), yakni:
من زار قبر أبويه أو أحدهما كل جمعة غفر له وكتب برا
Barang siapa yang menziarahi kubur kedua orang tuanya atau salah satunya setiap hari Jumat, maka dia diampuni dan dicatat baginya telah berbakti kepadanya.
(HR. Ath Thabarani, Al Awsath No. 6114, dari Abu Hurairah)
Tetapi, ternyata hadis ini pun juga cacat dengan cacat yang tidak kalah parahnya, yakni ada tiga orang perawi yang bermasalah:
– Abdul Karim Abu Umayyah, oleh Imam As Suyuthi sendiri dikatakan dhaif.
– Yahya bin Al ‘Ala Al Bajali, seorang yang majhul (tidak dikenal)
– Muhammad bin An Nu’man, juga majhul (Lihat Al La-ali Mashnu’ah, 2/366)
Namun, yang benar adalah Yahya bin Al ‘Ala bukan majhul (tidak dikenal), tetapi dia ma’ruf (dikenal), bahkan sebagian imam menyebutnya sebagai pembohong.
Berikut ini rinciannya:
– Imam Yahya bin Ma’in berkata tentang
– Yahya bin Al ‘Ala: Laisa bi syai’ – bukan apa-apa.
– Imam Amru bin Ali berkata: Matrukul hadits jiddan – hadisnya sangat ditinggalkan.
– Imam Abu Zur’ah berkata: Fi haditsihi dha’f – pada hadisnya ada kelemahan.
– Imam Abu Hatim berkata: Laisa bil qawwi – bukan orang yang kuat. (Lihat Imam Ibnu Abi Hatim, Al Jarh wat Ta’dil, 9/180)
– Imam Ahmad berkata: Kadzdzaab yadha’ul hadits – pembohong dan pemalsu hadis. Bahkan Beliau menyebut Yahya bin Al ‘Ala sebagai rafidhi – syiah.
– Imam Amru bin Ali, Imam An Nasa’i, Imam Al Azdi berkata: Matrukul hadits – hadisnya ditinggalkan.
– Imam Ad Daruquthni mengatakan: Dhaif – lemah. Imam Ibnu ‘Adi mengatakan: dhaif, pada hadis terdapat banyak hadis-hadis palsu.
– Imam Ibnu Hibban mengatakan: tidak boleh berhujjah dengannya.
(Lihat Imam Ibnul Jauzi, Adh Dhu’afa wal Matrukin, 1/144, 3/200. Juga Imam Ibnul Mubarrad, Bahrud Dam No. 1162)
Imam Ibnu Hajar menyebutkan bahwa Imam Waki’ mengatakan bahwa Yahya bin Al ‘Ala memalsukan hadis tentang cara menanggalkan sandal sampai dua puluhan hadis.
Imam Al Jauzujaani mengatakan: Ghairu muqni’ – tidak memuaskan. Pada kesempatan lain mengatakan: Syaikh waahiyun – seorang syaikh yang lemah.
Yusuf bin Sufyan mengenalinya dan mengingkarinya. As Saaji berkata: Munkarul hadits – hadisnya munkar. Ad Daulabi berkata: Matrukul hadits. (Lihat Imam Ibnu Hajar, Tahdzibut Tahdzib, 11/229)
Oleh karena itu, apa yang disebut Imam As Suyuthi bahwa Yahya bin Al ‘Ala seorang yang tidak dikenal, telah terkoreksi oleh pernyataan para imam yang sedemikian banyaknya tentang dia.
Berkata Syaikh Al Albani rahimahullah:
وكذلك أخطأ السيوطي في ” اللآليء ” حيث قال ( 2 /234 ) حيث قال : عبد الكريم ضعيف ، ويحيى بن العلاء ومحمد بن النعمان مجهولان فإن يحيى بن العلاء ليس بالمجهول ، بل هو معروف ولكن بالكذب !
Oleh karena itu, As Suyuthi telah membuat kesalahan dalam Al La-ali (2/234), ketika dia berkata: Abdul Karim lemah, Yahya bin Al ‘Ala dan Muhammad bin Nu’man adalah dua orang yang majhul.
Ternyata Yahya bin Al ‘Ala bukan orang yang majhul, tetapi ma’ruf (dikenal) tetapi dikenal sebagai pembohong! (As Silsilah Adh Dhaifah, 1/126)
Ada pun tentang Muhammad bin An Nu’man, benar seperti yang dikatakan Imam As Syuthi bahwa dia adalah majhul (tidak dikenal).
Ini juga dikatakan Imam Al ‘Uqaili, Imam Adz Dzahabi, dan Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani. (Lihat Al Mughni fidh Dhuafa, 2/640. Mizanul I’tidal, 4/56, Ad Dhu’afa No. 1712, Maghani Al Akhyar No. 558)
Lalu Syaikh Al Albani menambahkan:
وقد علمت أنه حديث موضوع أيضا ! ولوقيل بأنه ضعيف فقط فلا يصلح شاهدا لهذا
Telah saya ketahui bahwa hadis ini palsu juga! Seandainya dikatakan cuma dhaif pun tidak layak dijadikan sebagai syaahid bagi hadis ini. (Ibid, 1/127)
Maka kesimpulannya adalah hadis yang ditanyakan ini adalah palsu, bahkan hadis lain yang dianggap sebagai penguatnya juga palsu.
Demikian. Wallahu A’lam