KISAH pengemis dan orang sholeh ini mengajarkan kepada kita tentang kritik yang disampaikan orang lain adalah suatu keuntungan bagi orang beriman.
Pada suatu hari, ada orang sholeh lewat di hadapan pengemis. Dengan memelas, pengemis itu meminta bagian sedekah untuk dirinya.
“Tuan, sudilah membagi karunia yang Allah berikan kepadamu, walaupun hanya sedikit saja??”
Demikian ucap si pengemis mulai melancarkan rayuannya.
Sejenak orang sholeh itu memandang kepada pengemis. Sungguh menyesal hatinya karena saat ini ia sedang tidak memiliki uang sama sekali.
“Seandainya aku punya uang, aku pasti memberikannya,” pikir orang sholeh itu.
“Berilah aku sedekah,” pinta pengemis.
“Segala puji bagi Allah yang memberikan saat lapang dan saat sempit kepada hambanya,” ucap orang sholeh itu.”
“Maaf, saat ini aku tidak memiliki apa pun untuk kuberikan padamu,” jawab orang sholeh tersebut.
Si pengemis merasa kesal dan marah kepada orang shaleh itu. Kemudian, ia pergi dan mulai mencaci maki orang sholeh itu di jalanan.
“Dasar orang yang pelit! Tidak punya perasaan melihat orang lapar!”
Amarah memenuhi hati si pengemis sehingga ia hanya memikirkan kesalahan-kesalahan orang sholeh itu.
Baca Juga: Pengemis dengan Aset Satu Milyar Rupiah, Masih Ingin Beri Uang untuk Peminta-Minta?
Kisah Pengemis dan Orang Sholeh
Sesungguhnya orang yang disibukkan mencari kesalahan orang lain, tidak akan pernah bisa melihat kebaikan-kebaikan orang lain.
Si pengemis tetap merasa kesal, meskipun ia pernah menerima kebaikan orang sholeh pada waktu-waktu sebelumnya.
Di tempat orang sholeh berada, seseorang sedang melapor kepadanya bahwa si pengemis sedang mencaci maki dirinya di tempat lain. Namun, lelaki sholeh itu malah tersenyum dan berkata:
“Tidak apa-apa. Pengemis itu hanya menyebutkan sedikit dari banyaknya sifat burukku. Mungkin hanya satu dari seratus sifat buruk yang aku punya.”
“Tapi, bukankah dia tahu, kau pernah berbuat baik pada dirinya??” tanya orang yang melaporkan itu.
“Dia baru kenal dengan diriku beberapa tahun saja, dibandingkan puluhan tahun umurku hidup di dunia ini. Jadi dia belum sepenuhnya mengenal diriku yang asli.”
“Apa untungnya bagi dirimu, wahai orang sholeh?? Dengan perlakuan buruk si pengemis itu, kau malah tersenyum mendengar laporanku.”
“Sesungguhnya hanya Allah Yang Maha Tahu saja yang mengetahui kesalahan-kesalahanku. Bahkan, Dia lebih tahu dari diriku sendiri.
Seandainya ada orang yang mau memerhatikan dan mencatat kesalahan-kesalahanku sejak aku di dunia, aku termasuk orang yang beruntung.
Karena aku bisa segera memperbaikinya sehingga aku tidak takut lagi akan tuntutan Allah di hari kiamat.”
Bila seseorang karena ketidaktahuannya, mengejek dan merendahkanmu, jangan layani. Anggaplah itu sebagai kritik dan saran untuk membuatmu lebih baik.[ind]