ChanelMuslim.com – Jika datang pria melamarmu? Apa yang terlintas dalam pikiranmu, ketampananannya-kah, hartanya-kah, profesinya-kah, rumahnya-kah, gelarnya-kah, agamanya-kah atau akhlaqnya-kah?
Pastinya banyak pilihan bagi setiap perempuan tetapi perempuan sholihah tentunya akan mengatakan bagaimana agama dan akhlaqnya.
Baca Juga: Hukum Muslimah Mengantar Jenazah ke Kubur
Jika Datang Pria Melamarmu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“(Wahai para Ayah), jika datang kepada kalian (untuk melamar), seseorang yang kalian ridhai agamanya dan akhlaqnya, maka maka nikahkanlah dia, jika tidak, maka akan terjadi cobaan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (Hadits dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)
Realitanya, banyak ikhwan melamar akhwat yang istiqomah dengan ajaran Islam tetapi banyak akhwat yang menerima ikhwan yang tidak memiliki kemampuan agama.
Seorang muslim melamar seorang muslimah yang istiqamah (komitmen dengan ajaran Islam) dan begitu sebaliknya,
Rasulullah juga bersabda:
Dari Abu Hurairah – rhadiyallahu anhu – dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, beliau berkata:
“Seorang perempuan dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, karena kedudukannya, karena kecantikannya, (atau) karena agamanya. Pilihlah yang beragama, maka kau akan beruntung, (jika tidak, semoga kau) menjadi miskin”.
Ustadz Arif Rahman Lubis sebagai pemateri menyampaikan bahwa ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengetahui bahwa laki-laki, calon pasangan kita, memenuhi kriteria sebagai laki yang berakhlak mulia dan ini tentunnya akan selaras dengan kehidupannya dengan calon pasangan.
Yang pertama adalah hal yang paling umum telah kita ketahui yaitu, memiliki adab yang baik kepada ibu, saudara perempuannya, dan teman-temannya.
Kepada ibu atau saudara perempuannya ini, ia mampu berperan sebagai pelindung sebagai ia bisa menggantikan posisi ayahnya saat memperlakukan kepada ibunya dan saudara perempuannya.
Sedangkan kepada teman-teman perempuannya, ia mampu menjaga diri untuk tidak melakukan hubungan yang melewati batas, ataupun hubungan yang tidak memiliki kepentingan apapun seperti sekolah, pekerjaan atau organisasi.
Yang kedua adalah semangatnya menjadi seorang yang mandiri dan memiliki etos kerja yang baik. Sebagai laki-laki tentunya ia berkewajiban memberi nafkah kepada keluarganya.
Oleh karena itu dengan melihat bagaimana etos kerjanya maka ia sudah seharusnya mampu memenuhi kebutuhan istri dan anak-anak yang menjadi tanggung jawabnya. Tidak terlalu penting seberapa banyak harta yang dia miliki jika ia mampu memberikan kecukupan pada keluarganya.
Seorang laki-laki yang baik, tidak akan lama-lama membiarkan keluarganya hidup menderita karena ekonomi dengan etos kerja yang ia miliki. Ini adalah bagian dari mu’asyirah bil ma’ruf seorang suami kepada istrinya.
Yang ketiga, tanyakan kepada teman-teman terdekatnya, teman kerjanya, atau teman organisasinya tentang tanggung jawabnya terhadap amanah yang diberikan.
Cara ia merespon tanggung jawab dan menyelesaikan serta menjalankan tanggung jawab di dalam kehidupannya bisa menjadi acuan bahwa ia akan memiliki tanggung jawab yang baik kepada keluarganya kelak.
Yang keempat, perhatikan semangat belajarnya.
Terutama semangatnya dalam belajar agama karena ia yang akan menjaga keluarganya dari api neraka. Ia sebagi pembimbing dan kebanyak keputusan rumah tangga ada padanya.
Jika ia tidak memahami bagaimana agama mengatur kehidupan rumah tangga terutama terkait perannya sebagai suami dan ayah, hal ini akan berpengaruh pada keputusan serta arah perjalanan rumah tangga.[jwt/ind]