BAHAYANYA perasaan kesepian pada masa kecil ini ditulis oleh Uttiek M. Panji Astuti, seorang jurnalis dan juga travel writer, dalam akun IG-nya @Uttiek.Herlambang, pada Jumat (13/5/2022) dengan judul “Mereka yang Terabaikan”.
Ia menulis bagaimana perasaan kesepian seseorang dapat membahayakan dirinya.
Tidak ada manusia yang ingin diabaikan. Sebuah penelitian dilakukan Melody Ding dari University of Sydney dengan mengumpulkan 57 studi observasional tentang perasaan kesepian dan terabaikan dari 113 negara.
Hasilnya, perasaan kesepian dan terabaikan ini berkorelasi pada kesehatan mental, emosional, dan fisik. Sebanyak 9,2 persen terjadi di Asia Tenggara dan 14,4 persen di wilayah Mediterania Timur.
Menurut teori Maslow, ada lima tingkat (hierarki) kebutuhan, dari yang terendah hingga tertinggi: fisiologis, rasa aman, cinta dan rasa memiliki, penghargaan, dan aktualisasi diri.
Subjek penelitiannya melibatkan nama-nama penting, seperti, Thomas Jefferson, Abraham Lincoln, Albert Einstein, Eleanor Roosevelt, Goethe, Max Wertheimer dan Ruth Benedict.
Hasilnya, bila kebutuhan dari tingkat yang lebih rendah terpenuhi, secara otomatis individu didorong oleh kebutuhan yang setingkat lebih tinggi.
Kebutuhan akan penghargaan berada di piramida kedua tertinggi setelah aktualisasi diri.
Artinya, menurut teori tersebut, manusia butuh diapresiasi, diperhatikan dan tidak diabaikan, melebihi kebutuhan dasar fisiologis, yakni makan dan minum.
Secara psikologi, bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi pada masa kanak-kanak, akan membawa dampak.
Mereka yang sering diabaikan akan tumbuh menjadi sosok yang lemah dalam berpikir, memilih dan mengambil keputusan.
Khusus pada anak anak laki -laki, akan menjadi sosok yang lemah dan selalu mengharapkan perlindungan seperti perempuan.
Beberapa penelitian psikologi lainnya juga mengaitkan perasaan diabaikan pada masa kanak-kanak ini ada kaitannya dengan perilaku penyimpangan seksual saat dewasa.
Anak-anak yang diabaikan ini haus akan kasih sayang. Perhatian intens yang diterima akan membuatnya merasa nyaman dan “mengobati” luka masa kecilnya.
Bahayanya, bila perhatian itu diberikan oleh para predator LG**, maka mereka berpeluang besar menjadi sasaran empuk korban berikutnya.
Anak-anak yang diabaikan ini akan “rela hati” menyerahkan dirinya, semata untuk mendapatkan kasih sayang yang dicarinya selama ini.
Naudzubillah min dzalik!
Bahayanya Perasaan Kesepian pada Masa Kecil
Baca Juga: Bendera LGBT di Kedubes Inggris
Islam memberikan panduan yang jelas bagaimana mencurahkan kasih sayang dan perhatian pada anak-anak sebagaimana yang disaksikan Aqra’ bin Haabis at-Tamimy,
“Aku memiliki sepuluh anak. Tak satupun yang pernah kucium,” ketika melihat Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menimang Hasan dan Husein.
Rasulullah lantas mengalihkan pandangannya dan bersabda, “Orang yang tidak mengasihi tidak dikasihi.” [HR Bukhari].
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga tak segan menggendong dan mencium cucu-cucunya. Seperti dikisahkan Abdullah bin Jafar,
“Rasulullah menjemput kami (Jafar dan Hasan atau Husein) ketika pulang. Kemudian beliau menggendong salah satu dari kami di punggung, sedang yang lain beliau bopong di dada sampai kami memasuki Madinah.” [HR. Muslim].
Mereka yang sering diabaikan saat kecil, setelah dewasa umumnya juga kesulitan memberi dan menerima perhatian, karena minimnya contoh yang bisa ditirunya.
Mereka cenderung mengabaikan perhatian yang diberikan padanya. Tak jarang sikap ini akhirnya menyakiti orang-orang tercinta.
Namun, tak ada kata terlambat. Bila itu yang terjadi, yuks segera perbaiki diri![ind]