ChanelMuslim.com – Ini Alasan Said atas Aduan yang Dilontarkan Rakyatnya
Baca Juga Artikel Sebelumnya: Pengaduan Rakyat tentang Said bin Amir
Lalu Sa’id dipersilahkan untuk membela dirinya, ia berkata: “Mengenai tuduhan mereka bahwa saya tak hendak keluar sebelum tinggi hari, maka demi Allah, sebetulnya saya tak hendak menyebutkannya.
Keluarga kami tak punya khadam atau pelayan, maka sayalah yang mengaduk tepung dan membiarkannya sampai mengeram, lalu saya membuat roti dan kemudian wudhu untuk shalat dhuha. Setelah itu barulah saya keluar menemui mereka (rakyatnya).”
Wajah Umar berseri-seri dan katanya: “Alhamdulullah, dan mengenai aduan yan kedua?”
Ini Alasan Said atas Aduan yang Dilontarkan Rakyatnya
Maka Sa’id melanjutkan pembicarannya:
“Adapun tuduhan mereka bahwa saya tak mau melayani mereka di waktu malam, maka demi Allah saya benci menyebutkan sebabnya! Saya telah menyediakan siang hari bagi mereka, dan malam hari bagi Allah ta’ala!
Sedang ucapan mereka bahwa dua hari setiap bulan di mana saya tidak menemui mereka, maka seperti yang saya katakan tadi bahwa saya tidak punya pelayan yang akan mencuci pakaian, sedangkan pakaianku memang tidak banyak untuk dipergantikan.
Jadi terpaksalah saya mencucinya dan menunggu sampai kering, hingga baru dapat keluar di waktu petang.
Kemudian tentang keluhan mereka bahwa saya sewaktu-waktu jatuh pingsan, sebabnya karena ketika di Mekkah dulu saya telah menyaksikan jatuh tersungkurnya Khubaib al-Anshari.
Dagingnya dipotong-potong oleh orang Quraisy dan mereka bawa ia dengan tandu sambil mereka menanyakan kepadanya: “Maukah tempatmu ini diisi oleh Muhammad sebagai gantimu, sedang kamu berada dalam keadaan sehat wal ‘afiat?”
Jawab Khubaib: “Demi Allah, saya tak ingin berada dalam lingkungan anak isteriku diliputi oleh keselamatan dan kesenangan dunia, sementara Rasulullah ditimpa bencana, walau hanya tusukan duri sekalipun!”
Maka setiap terkenang akan peristiwa yang saya saksikan itu, dan ketika itu saya masih dalam keadaan musyrik teringat bahwa saya berpangku tangan dan tidak mengulurkan pertolongan kepada Khubaib, tubuh saya pun gemetar karena takut akan siksa Allah, hingga ditimpa penyakit yang mereka katakan itu.”
Sampai di sana berakhirlah kata-kata Sa’id, ia membiarkan kedua bibirnya basah oleh air mata yang suci, mengalir dari jiwanya yang shalih.
Mendengar itu Umar tak dapat lagi menaha diri dan rasa harunya, maka ia berseru karena amat gembir: “Alhamdulillaj, karena dengan taufiq-Nya firasatku tidak melesat adanya!”
Lalu dirangkul dan dipeluknya Sa’id, serta diciumlah keningnya yang mulia dan bersinar cahaya itu. [Ln]