RAMADAN di Masjid Haram dan Nabawi memang sangat berkesan. Dua masjid suci yang biasa disebut Haramain ini begitu “hidup” di malam bulan Ramadan.
Tahun ini, pemerintah Arab Saudi menentukan awal Ramadan pada Sabtu, 2 April lalu. Awal Ramadan ini lebih maju satu hari dari awal Ramadan di tanah air.
Seperti halnya di tanah air, suasana masjid Haram dan Nabawi jauh lebih ramai di malam hari daripada siang hari.
Begitu banyak kegiatan di sana. Mulai dari ifhar jama’i atau buka puasa bersama, tarawih, qiyamul lail, sahur bersama, hingga shalat Subuh berjamaah.
Pada saat buka puasa bersama, suasananya begitu sangat mengasyikkan. Para jamaah sudah bersiap sekitar satu jam sebelum waktu Magrib.
Mereka duduk saling berhadap-hadapan mengikuti shaf atau barisan shalat. Satu barisan menghadap ke arah kiblat, dan satunya lagi menghadap sebaliknya. Mereka pun saling berhadapan.
Di tengah-tengah barisan itu ada plastik tergelar memanjang. Gunanya agar makanan atau minuman yang berceceran tidak mengenai karpet untuk shalat.
Saat para jamaah duduk “manis” saling berhadapan, para petugas atau relawan berkeliling menyediakan hidangan. Ada bubur dalam mangkuk, kurma yang berjumlah ganjil, teh Arab yang lumayan pahit, air zam-zam, dan lain-lain.
Hidangan itu biasa kita sebut dengan ta’jil atau hidangan ringan untuk membatalkan puasa, sebelum melaksanakan shalat Magrib.
Setelah azan berkumandang, para jamaah memulai buka puasa. Biasanya mereka sudah berwudhu. Beberapa menit sebelum kumandang iqamat, petugas langsung membungkus plastik yang menjadi alas hidangan.
Dengan teknis khusus, para petugas begitu cekatan melipat plastik panjang berikut sampah bekas makanan dan minuman itu, tanpa sedikit pun ada yang berceceran. Dan, shalat Magrib berjamaah pun dilangsungkan.
Shalat Isya dan Tarawih
Khusus di bulan Ramadan, kumandang azan Isya biasanya ditunda sekitar satu jam dari biasanya. Hal ini dimaksudkan agar para jamaah bisa istirahat lebih panjang setelah buka puasa dan shalat Magrib.
Ada di antara mereka yang tetap di masjid untuk meneruskan tadarus Qur’an atau zikir. Ada juga yang keluar masjid untuk makan “berat”.
Saat ini, waktu Isya di Saudi sekitar jam 20 lewat 19 menit. Sementara Magribnya jam 18 lewat 19 menit. Ada rentang waktu 2 jam antara waktu shalat Magrib dan Isya. Hal ini berbeda dengan di tanah air yang hanya sekitar 1 jam saja.
Jika ditambah dengan waktu penundaan satu jam, maka ada waktu kurang lebih 3 jam antara shalat Magrib dengan Isya. Rentang waktu itu dirasa sangat cukup untuk ifthar, mondar-mandir ke toilet, bahkan makan “besar” di luar masjid.
Tarawih di Haramain dilaksanakan sama dengan di tanah air, yaitu 20 rakaat. Tapi, khusus di masa pandemi ini, kerajaan Saudi mengurangi rakaatnya hanya 10 rakaat. Hal itu sudah berlaku dua Ramadan berlalu.
Khusus di tahun ini, meski masih pandemi, kelonggaran sudah diberlakukan. Antara lain, jamaah masjid yang sudah boleh penuh dan rapat.
Karena masih di masa pandemi juga, khusus di Masjid Haram, area bawah yang dekat dengan Ka’bah dikhususkan hanya untuk jamaah umrah. Yaitu, mereka yang masih mengenakan busana ihram.
Jadi, untuk mereka yang sudah tidak mengenakan busana ihram, area masjidnya ada di lantai atas.
Memang, buat mereka yang ingin melaksanakan thawaf sunnah, agak lebih panjang putaran thawafnya. Hal ini berbeda jika di area bawah yang dekat Ka’bah.
Makin malam, masjid bukan tambah sepi. Justru, makin ramai dan ramai. Hingga jamaah membludak ke halaman masjid.
Masya Allah. Begitu nikmatnya Ramadan di dua masjid itu. Semoga Allah memudahkan kita untuk bisa berkunjung ke sana. [Mh]