KESYAHIDAN banyak dirindukan oleh umat Islam. Memiliki akhir kehidupan yang penuh ketaatan dan pengabdian kepada Allah adalah yang paling tinggi didambakan oleh tiap muslim. Sebuah pepatah mengatakan:
عِشْ كَرِيْمًا أَوْ مُتْ شَهِيْدًا
“Hiduplah mulia atau mati syahid.”
Penjelasan dari Ustadz Faisal Kunhi M.A:
1. Hidup sekali, hiduplah yang berarti (KH. Imam Zarkasy).
2. Hidup di dunia hanya sekali maka isilah dengan perbuatan baik yang membuatmu mulia di mata Allah.
3. Hidup tidak pernah berulang, maka jangan kotori dengan kemaksiatan.
4. Bercita-citalah untuk mati dalam keadaan syahid yaitu kematian yang disaksikan oleh Allah dan malaikat-Nya karena mati dijalan yang mulia.
5. Orang yang mati dalam keadaan syahid tidak dishalatkan, dikafankan dan dimandikan karena sebenarnya masih hidup; demikian jelas Sayyid Qutub dalam tafsir “Fii Zhilalil Qur’an” ketika beliau menafsirkan ayat:
وَلَا تَقُولُوا۟ لِمَن يُقْتَلُ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمْوَٰتٌۢ بَلْ أَحْيَآءٌ وَلَٰكِن لَّا تَشْعُرُونَ
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS. Al-Baqarah: 154)
Baca Juga: Mengulang Kemenangan Thariq Ibn Ziyad
Kesyahidan yang Dirindukan
6. Pada Al-Baqarah ayat 154 tersebut mengandung larangan untuk meyakini bahwa orang yang terburuh di jalan Allah itu sudah mati, akan tetapi mereka hidup di alam barzakh, belum mati, mereka hidup di dalam surga dan mendapatkan rezeki dari Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أرواح الشهداء في حواصل طيور خضر تسرح في الجنة حيث شاءت ثم تأوي إلى قناديل معلقة تحت العرش
“Arwah para syuhada’ dibawa oleh burung-burung hijau yang berkeliaran di surga sekehendak hatinya, kemudian mereka tinggal di dalam lampu-lampu gantung di bawah ‘arsyi.”(HR Muslim)
Oleh karena itu orang yang mati terbunuh di jalan Allah tidak dikatakan sudah mati, tetapi mereka telah menjadi syahid dan hidup di sisi Rabbnya. Kehidupan yang belum pernah kita rasakan karena belum meninggalkan kehidupan di dunia ini.
7. Adapun keutamaan yang didapatkan oleh orang yang mati syahid adalah sebagai berikut:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَيَأْمَنُ مِنْ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ الْيَاقُوتَةُ مِنْهَا خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا وَيُزَوَّجُ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنْ الْحُورِ الْعِينِ وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ مِنْ أَقَارِبِهِ (رواه الترمذي وابن ماجه)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Orang yang mati syahid di sisi Allah mempunyai enam keutamaan, dosanya akan diampuni sejak awal kematiannya, diperlihatkan tempat duduknya di surga, dijaga dari siksa kubur, diberi keamanan dari ketakutan yang besar saat dibangkitkan dari kubur, diberi mahkota kemuliaan yang satu permata darinya lebih baik dari dunia seisinya, dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari dan diberi hak untuk memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari keluarganya.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
8. Selain syahid akhirat ada juga syahit dunia yaitu orang yang mendapatkan pahala syahid dengan tidak berperang dijalan-Nya
Dari Jabir bin Atik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ: الْمَطْعُونُ شَهِيدٌ، وَالْغَرِقُ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ شَهِيدٌ، وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ الْحَرِيقِ شَهِيدٌ، وَالَّذِي يَمُوتُ تَحْتَ الْهَدْمِ شَهِيدٌ، وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدٌ
“Selain yang terbunuh di jalan Allah, mati syahid ada tujuh: mati karena tha’un syahid, mati karena tenggelam syahid, mati karena sakit tulang rusuk syahid, mati karena sakit perut syahid, mati karena terbakar syahid, mati karena tertimpa benda keras syahid, wanita yang mati karena melahirkan syahid.” (HR. Abu Daud 3111 dan dishahihkan Al-Albani).