KEHEBATAN al-Razi dalam dunia kedokteran, antara lain dalam membagi level para mahasiswanya, dan juga dalam bereksperimen.
Dalam tugasnya sebagai dosen dalam ilmu kedokteran, tidak pernah ada seorang pun yang dapat menempati kedudukan Abu Bakar al-Razi.
Karena ketika itu, sangat sedikit sekali orang yang memahami ilmu kedokteran. Ia sering memberikan nasihat kepada para mahasiswa ilmu kedokteran, antara lain:
“Sesungguhnya manusia itu, sekalipun berumur seribu tahun dan memiliki pengalaman yang cukup serta keahliannya yang khusus, tidak akan mampu meliputi seluruh ilmu yang telah dicapai manusia sepanjang masa di berbagai tempat. Oleh karena itu, ia harus mampu menerangi hatinya dengan pengetahuan orang lain.”
Dalam kesempatan lain, ia berwasiat kepada para mahasiswanya:
“Wajiblah kalian mengetahui (memikirkan dan mengamalkan) apa yang telah disepakati para dokter dan telah dibuktikan dengan analogis serta telah dikuatkan oleh eksperimen-eksperimen.
“Mahasiswa ilmu kedokteran harus selalu mengunjungi balai pengobatan dan mencurahkan perhatiannya kepada para pasien dan segala gejala yang nampak pada mereka, serta membandingkan gejala-gejala itu dengan pengetahuan mereka. Dan mengunjungi para pasien itu, harus dibimbing oleh seorang dokter ahli (spesialis).”
Ia sangat tekun dalam memberikan kuliah kepada mahasiswanya, dan selalu membimbing mereka dalam melakukan eksperimen.
Baca Juga: Eksperimen Al-Razi saat Mendirikan Rumah Sakit
Kehebatan al-Razi dalam Dunia Kedokteran
Metode yang ia terapkan tersebut sangat efektif dalam mencetak seorang dokter sehingga sampai kini, metode tersebut diterapkan oleh seorang dosen dan guru dalam bidang ilmu eksak.
Ia membagi mahasiswa dalam beberapa jurusan, sesuai dengan minat dan pengetahuan mereka. Ia duduk bersila di serambi masjid dan mengatur posisi duduk mahasiswa dalam bentuk halaqah (duduk melingkar).
Mahasiswa yang baru, duduk di lingkaran luar, sedangkan mahasiswa yang telah maju dalam pelajarannya, duduk dalam lingkaran depan (dalam).
Apabila datang seorang pasien, maka mahasiswa baru yang berada di lingkaran luar ditugaskan untuk melayaninya. Jika mereka tidak adapat menentukan sakit dan obatnya, maka pemeriksaan itu dilakukan oleh lingkar tingkat berikutnya.
Jika mahasiswa yang telah senior belum mampu juga, maka mereka semua tidak dapat memberikan diagnosis, diteruskan lagi kepada yang lebih senior.
Kalau mereka semuanya tidak mampu, maka pasien itu ditangani langsung oleh al-Razi sendiri, setelah itu, ia memberikan penjelasan kepada mahasiswanya tentang cara mendiagnosa dan mengobati pasien yang sulit tersebut.
Abu Bakar al-Razi merupakan dokter pertama di dunia yang dapat membedakan antara penyakit cacar dan penyakit campak.
Ia pula yang pertama menulis tentang batu kerikil (pebble) dalam ginjal dan dalam kantung kemih, dan gejala-gejalanya serta cara mengobatinya.
Ia juga dianggap sebagai dokter pertama yang menyusun buku tentang dokter anak-anak terpisah dari dokter umum.
Sekiranya Paus Presnets telah mengobati orang yang telah terserang panas demam dengan air dingin alkohol, maka sebenarnya pengobatan semacam itu telah dipraktikkan oleh Abu Bakar al-Razi seribu tahun yang silam.
Kalau ilmu kedokteran yang berdasarkan eksperimen menempati posisi terkemuka di zaman modern ini, dalam pengobatan, maka al-Razi-lah merupakan dokter pertama yang melakukan percobaan pada binatang kera sebelum memberikan kepada manusia.[ind]
sumber: Pejuang dan Pemikir Islam dari Masa ke Masa. Hidayatullah Abdul Latif. Iqra Insan Press: 2005.