BAGAIMANA cara mengatasi rasa rendah diri pada anak, ketika anak selalu merasa tidak berguna, karena tidak memiliki kelebihan dan merasa orang lain selalu lebih unggul daripadanya.
Motivator dan pegiat parenting Dyah Lestyarini mengatakan bahwa hal pertama yang harus dilakukan orang tua adalah membuat anak menerima dirinya sendiri, menghargai dan menghormati diri sendiri.
Sebagaimana firman Allah berikut ini. “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS. At-Tin: 4).
“Kita itu kadang suka menghujat diri kita sendiri, menyalahkan diri sendiri, menganggap rendah, meremehkan diri sendiri,” kata Dyah, Ahad (22/8) dalam Kulwap Tumbuh Yuk.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 9, Mereka Menipu Diri Sendiri
Mengatasi Rasa Rendah Diri pada Anak
Pada tingkatan yang lebih ekstrim lagi, kadang benci dengan diri sendiri, muak sampai pada menyakiti diri sendiri bahkan bunuh diri. Kadang pikiran sendiri yang tidak menghargai diri sendiri.
Orangtua ajak anak untuk berdiskusi tentang pikirannya sendiri. Pikiran yang suka menyusahkan diri sendiri. Pikiran kita lah yang seringkali berteriak dengan lantang, orang lain lebih hebat, sedang diri kita itu, ah payah.
Pikiran kita sibuk memberi sanjungan kepada orang lain, mengangkat orang lain ke derajat lebih tinggi namun sebaliknya merendahkan diri sendiri serendah-rendahnya.
“Kita itu kadang tidak adil kok, dengan membandingkan kelebihan orang lain dengan kelemahan diri kita, membandingkan apa yang orang lain miliki dengan apa yang tidak kita miliki,” tambah Dyah.
Membandingkan kebahagiaan orang lain dengan ketidakbahagiaan yang sedang kita alami. Kenapa ya kita tidak adil dengan diri sendiri.
Orangtua hendaknya mengajak anak untuk jujur dan adil kepada diri sendiri.
“Seringkali anak tidak pernah bersyukur dengan apa yang dimiliki sehingga tidak pernah puas dengan apa yang telah kita capai,” ujarnya.
Kadang pikiran orangtua itu ngelantur melihat kehebatan anak orang lain, kita berucap lirih coba kalau anakku seperti itu, hebat.
Melihat suami orang lain yang sukses kita berkata dalam hati andai suamiku seperti dia, membanggakan. Atau melihat istri orang lain yang hebat, kita berucap luar biasa, benar-benar istri idaman.
Kita seringkali melihat apa yang ditampakkan di luar. Kita melihat yang senang-senangnya, yang bahagianya, tentang kesuksesannya, tentang kehebatannnya.
Kita lupa kalau semua orang itu diuji. Kita amnesia kalau semua orang itu punya masalah. Kita tidak ingat lagi kalau semua orang itu diuji sesuai batas kemampuan masing-masing orang.
Baca Juga: Mendidik Anak itu Bukan Kompetisi
Setiap Orang ada Ujiannya
Hanya saja kita tidak tahu apa ujiannya. Seandainya kita tahu di balik kekayaannya yang banyak, rumah mewah, mobil mewah itu ternyata menyimpan utang yang banyak, riba yang tinggi.
Masihkah kita berimajinasi hidup bersamanya, jika kita juga harus ikut menanggung utang yang menggunung dan dosa riba yang siksaannya sungguh sangat pedih.
Seandainya kita tahu di balik ketampanannya ternyata ia seorang penyuka sesama jenis, masih kah kita menginginkannya.
Seandainya kita tahu di balik kehebatannya, ada cerita pilu tentang penyakitnya yang divonis dokter tinggal hitungan bulan. Masihkah kita ingin bersanding dengannya.
Kita seringkali mengeluh dengan pekerjaan kita dan seringkali iri dengan pekerjaan orang lain padahal sobat, masih banyak orang yang menginginkan pekerjaan kita.
Masih banyak orang yang antri untuk mendapatkan pekerjaan seperti yang kita lakukan sekarang. Sudahlah sobat, syukuri apa yang engkau miliki hari ini.
Syukuri dulu kehidupanmu hari ini. Jangan selalu melihat ke atas, sesekali mungkin tak cukup sekali tetapi berulangkali lihatlah ke bawah.
Saat engkau terus menerus melihat ke atas, engkau akan susah untuk bersyukur dan engkau akan merendahkan dirimu sendiri.
Namun saat engkau sering melihat ke bawah, engkau akan sulit untuk mengeluh dan mampu menghargai dirimu sendiri.[ind]