SEMAKIN kita bersyukur semakin kita mengundang banyak nikmat. Bersyukur tidak harus saat kita diberi limpahan harta benda, bahkan saat bangun tidur kita dianjurkan membaca doa syukur “Alhamdulillahilladzi Ahyaanaa Ba’damaa Amaatanaa wa ilaihinnusyuur”.
Memulai hari dengan syukur dapat memengaruhi suasana hati, pikiran dan aktivitas kita. Biasanya, kita bisa menjadi lebih bersemangat, positive vibes, dan fokus mengerjakan tugas. Semua ini adalah bagian dari nikmat yang Allah beri atas rasa syukur kita.
Allah berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Baca Juga: Bersyukurlah Allah Anugerahkan Kita Keimanan
Bersyukur itu Mengundang Nikmat
Terkait ayat di atas Ustaz Faisal Kunhi M.A memberikan beberapa penjelasan, sebagai berikut:
Allah memberikan informasi akan janjinya kepada kita. Ada kemungkinan maknanya adalah bahwa ketika Rabb bersumpah dengan menyebut kemuliaan, keagungan serta kebesaran-Nya dan Ia berfirman,
“Sesungguhnya jika kalian mensyukuri nikmat-nikmat-Ku, niscaya akan Aku tambah nikmat tersebut dan jika kalian mengingkari nikmat tersebut dan menutup-nutupinya, maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih, yaitu dengan mencabut nikmat-nikmat tersebut dan menghukum mereka atas kekufurannya; demikian dijelaskan oleh Ibnu Katsir.
Adapun makna ayat di atas menurut Syaikh Abu Bakar Jabir al Jazairi adalah sebagai berikut:
(وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ) Ketika Rabbmu memaklumatkan, “Ini adalah perkataan Musa kepada Bani Israil,” yaitu ingatkanlah mereka ketika Rabbmu bersumpah kepada kalian:
(لَئِن شَكَرۡتُمۡ) “Seandainya kalian bersyukur,” atas nikmat-nikmat-Ku dengan beribadah kepada-Ku dan mengesakan-Ku dalam ibadah, mentaati-Ku dan utusan-Ku dengan mengikuti perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan.
(لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ) “Niscaya pasti Aku akan menambahnya,” kenikmatan dan kebahagiaan
(وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ) “Dan jika kalian ingkar” tidak bersyukur atas nikmat-nikmat-Ku, bermaksiat kepada-Ku dan rasul-Ku, niscaya akan kucabut kenikmatan itu dari kalian dan Aku menyiksa kalian dengan hilangnya kenikmatan tersebut.
(إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ) “Sungguh azab-Ku sangatlah pedih.” Maka berhati-hatilah darinya dan takutlah kepada-Ku. Sesungguhnya dosa yang terus menerus dilakukan seorang hamba bisa menjadi sebab penghalang baginya untuk mendapatkan rezeki.
Boleh jadi uangnya banyak walaupun ia bermaksiat, tetapi Allah cabut keberkahan dari rezekinya, sehingga hartanya berlimpah tetapi keluarga tidak harmonis, anak-anaknya durhaka dan tidak ada ketenangan dalam hidupnya.
Disebutkan dalam sebuah hadis:
إن العبد ليحرم الرزق بالذنب يصيبه
“Sesungguhnya seorang hamba benar-benar terhalang dari rezekinya disebabkan dosa.” (HR. Ibnu Majah).
Bersyukur itu dimulai dari yang sedikit. Seseorang yang tidak bersyukur ketika memilki kendaraan bermotor, maka saat ia memiliki mobil pasti juga akan mengeluh, oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“ مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia sulit untuk mensyukuri sesuatu yang banyak.”
(HR. Ahmad, 4: 278. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667)
Bersyukur itu akan mengundang nikmat-nikmat lainya, karena itu belajarlah untuk selalu bersyukur baik ketika memiliki atau ketika diuji dengan keterbatasan harta.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Tsabit dari Anas, ia berkata, “Seorang pengemis mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu beliau memerintahkan agar ia diberi sebutir kurma, namun pengemis itu tidak mau menerimanya.
Kemudian datang pengemis lain maka nabi memerintahkan agar pengemis itu diberi kurma. Lalu pengemis itu berkata, “Maha suci Allah, sebutir kurma dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,”
Lantas Nabi bersabda kepada sahaya perempuannya, “Pergilah engkau ke tempat Ummu Salamah, lalu berikan kepada pengemis itu 40 dirham yang ada padanya.”
Bersyukur hakikatnya pengakuan hati terhadap nikmat-nikmat Allah dan menyanjung Allah karenanya, serta mempergunakannya dalam keridhaan Allah.
Sementara pengingkaran terhadap nikmat Allah mempunyai pengertian yang berlawanan dengannya. Demikian jelas Syaikh Sa’dy.
Sesungguhnya siapa yang bersyukur sebenarnya ia bersyukur kepada dirinya sendiri dan manfaatnya akan kembali kepada dirinya, karena dengan demikian hidupnya akan menjadi tenang dan lapang.
Sebab mereka bersyukur akan mengisi hidupnya dengan ibadah sebagai wujud terima kasihnya kepada Rabbnya dan dia berusaha menikmati dan ridha setiap kali mendapatkan anugerah-Nya karena itulah yang terbaik.
Allah berfirman,
وَقَالَ مُوسَىٰ إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ
Dan Musa berkata: “Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Ibrahim: 8).
Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan ucapan) syukur hamba-hamba-Nya dan Dia Maha Terpuji sekalipun ia diingkari oleh orang-orang yang mengingkarinya.
Shalat kita tidak menambahkan kemuliaan Allah dan andai seluruh manusia di bumi tidak menyembah-Nya, maka Allah tidak akan berhenti menjadi Tuhan karena Dia tidak membutuhkan semua itu.
Berikut akan penulis tuturkan beberapa nasihat tentang bersyukur agar tadabbur surah Ibrahim ayat 7 ini menjadi semakin bisa dimaknai dan dihayati:
– Tidak ada kebahagian yang abadi kecuali bagi mereka yang selalu bersyukur dan tidak ada kesengsaraan yang abadi kecuali bagi mereka yang selalu mengeluh.
– Mereka yang senantiasa bersyukur maka akan selalu tersenyum dalam menghadapi hidup ini.
– Rahasia hidup tenang itu tiga: sabar, syukur dan ikhlas.
Kalau selama ini hidup kita tidak bahagia, itu bukan berarti Allah tidak mengabulkan keinginann kita tetapi itu karena kita lupa bersyukur. [Ln]