ChanelMuslim.com – Allah Hanya Melihat Ketakwaan Seseorang
Kedudukan manusia dimata Allah antara muslim yang satu dan muslim yang lainnya tidak mengenal jabatan, harta, tahta, kulit, ras dan perbedaan sosial lainnya. Hal ini Allah sebutkan dalam beberapa firmannya;
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha teliti. ” (QS Al-Hujurat : 13)
Baca Juga: Ketakwaan, Standar Bisnis Karima Jilbab Yogyakarta
Allah Hanya Melihat Ketakwaan Seseorang
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. Maka orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sebagai pahala dari Allah. Dan di sisi Allah ada pahala yang baik.”” (QS Ali ‘Imran : 195)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam pun menegaskan melalui sabdanya, “wahai sekalian manusia Rabb kalian satu dan ayah kalian satu. Ingat! Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang ajam (bukan Arab), tidak pula bagi orang ajam atas orang Arab. Tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, tidak pula bagi orang berkulit hitam atas orang kulit merah, kecuali dengan ketakwaan. Manusia berasal dari Adam dan Adam berasal dari tanah.” (HR. Ahmad)
Dalam riwayat lain, beliau bersabda, “Sesungguhnya kaum kerabat bani Fulan bukanlah penolong-penolongku. Sesungguhnya penolong-penolongku adalah orang-orang yang bertakwa, bagaimana pun keadaan mereka dan dimana pun mereka berada.” (HR. Bukhari)
Tidak karena seseorang lebih kaya atau berasal dari keturunan bangsawan maka kedudukannya menjadi mulia. Hanya ketakwaan yang ada dalam hati, terpancar dalam lisan dan perbuatan sebagaimana akhlak dan perilaku Nabi Muhammad yang akan menjadikannya mulia dihadapan Allah. (w)