Chanelmuslim.com – “Ayah dan Ibu dari dulu terlalu banyak menuntut padaku. Aku tahu sebagai anak sulung, aku harus mengalah pada adik dan sabar bila semua permintaan tidak dapat dituruti. Aku adalah orang pertama yang juga menjadi sasaran kemarahan dan juga gudang kesabaran bila kami bersaudara bertengkar. Sekarang setelah aku lelah untuk bersabar pada adik-adikku, mengapa ayah dan ibu malah membuang aku ke pesantren..?”
Demikian sebuah surat yang ditemukan Ustadzah Aisyah di sebuah tumpukan arsip-arsip lama.
Ustadzah Aisyah baru sebulan bekerja di pondok Pesantren Putri. Ketika membereskan kelas tahfidz, beliau menemukan secarik kertas yang disusul dengan banyak sekali tumpukan kertas yang sudah agak menguning. Tulisan anak-anak yang merupakan seonggok surat, dimana surat tersebut merupakan isi hati dan perasaan anak-anak di pesantren putri yang terkenal di daerah pegunungan.
Aisyah kemudian mencoba menjajaki lagi perasaan anak-anak putri yang pernah tinggal di situ dan mencoba menyelami apa yang mereka rasakan melalui surat-surat lama yang entah siapa yang mengumpulkan di dalam sebuah folder merah tua itu.
“Sekarang sudah masuk bulan ke sembilan aku disini,” demikian sebuah surat lagi ditemukan dari seorang anak putri yang bernama Fiola. Dari namanya saja terlihat bahwa dia bukan datang dari keluarga yang agamis. Ustadzah Aisyah dengan tekun membaca lagi, “sudah sembilan bulan aku baru hafal tiga juz, orang tuaku setiap aku pulang selalu menanyakanku sudah berapa juz yang dihafal. Mereka sih enak saja menuntut ini dan itu. Padahal mereka sendiri juga tidak hafal apa-apa, dikiranya mudah apa menghafal, bete tahu…! Bosan, mana gak ada internet, juga gak boleh bawa handphone. Coba saja kalau ayah tidak boleh bawa handphone ke kantor, apa gak bengek..? Ayah selalu maksa, aku jadi pingin cepat-cepat keluar dari rumah dan menikah dengan orang yang bisa membawaku jauh dari rumah. Jauh dari tekanan ayah yang memaksa dan jauh dari suaranya yang menggelegar kayak petasan kena halilintar. Kebayang kan kerasnya kayak apa?!”
Demikian ungkapan Fiola lucu. Dari kertasnya terlihat bahwa kertas itu masih baru. Nampak belum lama ditulis, namun siapa dan kenapa dikumpulkan berbagai macam surat di folder merah tua ini? Ustadzah Aisyah merasa beruntung menemukan banyak surat lagi dan dengan tekad kuat beliau berjanji dalam hati akan membuat anak-anak yang merasa susah itu untuk ditolong dan diberikan solusi.
Dalam perjalanan pulang ke kamarnya, Ustadzah Aisyah kemudian membawa tiga lembar surat lagi yang kemudian dibacanya satu persatu sebelum tidur ditemani bunyi jangkrik di malam hari. Udara dingin menerobos ke balik kisi-kisi jendela kamar asrama Aisyah yang dihuni tiga orang guru wanita lainnya. Aisyah membaca semua surat itu sambil berdzikir apa solusi yang bisa diberikan bagi anak-anak yang merasa terbuang di pesantren.
“Mama sih, pake kerja segala, coba kayak ibunya Alifah yang di rumah saja. Mana Mama juga pakaiannya gak islami lagi. Pakai jilbab pendek, diatas dada terus pakai ikat pinggang besar lagi. Minyak wanginya ampun deh baunya, padahal Rasululloh sudah bilang, bahwa wanita tidak boleh memakai wewangian kalau bukan untuk suaminya. Dan Mama tetap saja berlengak lenggok, sementara Papa juga diam saja gak pernah negur Mama. Buat Papa asal Mama udah bisa pakai jilbab sudah oke, padahal Papa gak tahu sih kalau berpakaian seperti gaya Mama sekarang tuh gak islami. Tetap saja berdosa karena menonjolkan tubuhnya bukan untuk suami, mana mama susah dibilangin lagi. Kalau aku kasih tahu, pasti dibilang aku ekstreem dan seringkali ngancem melulu. Pindah pesantren yang tidak ekstreem lah. Mama tuh lupa apa kata Ustad Ainun, mudirah kita ketika pertemuan orang tua tiga bulan yang lalu, Ustad bilang ‘anak jangan samakan dengan gelas, yang enak dan mudah saja dipindah-pindahkan. Karena bila anak dipindah-pindahkan sekolahnya atau pesantrennya sebetulnya yang dipindahkan bukan anaknya saja, namun yaa semuanya; perasaannya, hatinya, lingkungannnya, temanya dan sulit bagi anak untuk selalu beradaptasi dengan lingkungan baru. Memindahkan sana-sini seakan akan mereka adalah gelas, bisa ditaru dan diletakkan dimana mana…’ Yang ngerasain itu kan aku Ma, sementara Mama dan Papa sibuk saja mengaturku ini itu.”
“Ayya gak mau Ma, pindah pesantren. Ayya sudah betah disini. Disini gak ada guru yang marahin Ayya. Ayya juga bisa lupakan kekesalan Ayya dengan rumah yang sepi, dengan kemaksiatan yang ada dimana-mana. Ayya lebih senang disini, karena Ayya merasa tentram, kawan-kawan juga baik dan semuanya mendukung Ayya pada kebaikan. Hanya Ayya pesan pada Papa dan Mama, kalau bisa ikut pengajian juga, agar bila Ayya keluar dari pesantren Ayya belajar macam-macam, maka Ayya gak dibilang ekstreem atau apa lah Ayya kan jadi bingung menjelasakannnya. Yang Ayya katakan dan lakukan ini semua karena dalam Al Qu’ran ada. Ustadzah sudah mengajari Ayya kayak gitu. Kalau Mama dan Papa gak ikut pengajian dan belajar agama, maka sampai kapan pun Ayya yakin, kita akan berantem terus dan Mama akan menjadi diktator berwajah cantik. Atau kayak monster yang menakut-nakuti Ayya dengan berbagai aturan dan arahannya yang strict, menurut Ayya sih niii yaa..sedikit kejam!”
Tulis Ayya dengan ballpoint warna biru yang nampak di beberpaa tempat terlihat pudar, terkena tetesan airmata.
Oh… bila saja aku kenal mereka semua akan aku raih dalam pelukan dan akan kubongkar satu persatu isi hatinya. Kemudian akan kuberi pengertian pada mereka bahwa semua orang tua ingin anaknya baik. Mereka sangat sayang pada anak, tidak ada orang tua yang tidak sayang anaknya. Kucing saja begitu sayang pada anaknya, sampai menggigit punuk anaknya agar terhindar dari serangan binatang lain. Betapa Allah mengetahui doa kangguru, sehingga kangguru saja diberi bekal berupa kantung depan perut untuk menggendong anaknya agar tidak kedinginan. Semua dilakukan dengan penuh cinta dengan sangat beratnya. Betapa anak kangguru tersebut setelah keluar dari dalam perut digendong kemana-mana. Lihat betapa semua ibu sangat mencintai anaknya…apalagi manusia..?
Jadi seburuk apapun orangtuamu di matamu, namun merekalah yang paling besar pengorbanannya terhadap kalian. Tidak seorang pun yang mendengar semua keluhan kalian kecuali mereka. Tiada seorang pun yang sibuk mendoakan kalian kecuali mereka. Tiada satu pun orang tua yang tidak mau bekerja kecuali untuk anaknya.
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun1181Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.(QS : Luqman : 14 )