Kata ayahku, di Sekneg dulu dibilangnya mamaku adiknya ibu Dewi Sukarno Putri, karena agak mirip dan kalau pakai kebaya ya mirip.
Juga paling baik sedunia. Tidak pernah marah. Lembut nggak kayak aku. Terakhir marah karena aku (kelas 5 SD) main tak benteng sampai magrib dan nggak mau mandi. Setelah itu tak pernah marah.
Paling pintar bikin kue bolu dikocok pakai tangan (telurnya 5). Telurnya ambil dari ayam yang dipelihara di belakang rumah. Jago bikin semur. Semur ayam atau semur daging cincang pakai kentang nggak pakai micin. Karena itu aku dan 6 saudaraku suka sekali makan semur.
Baca juga: Ada Juara atau Nggak (Part 2)
Mamaku.
Yang suka jajanin aku bacang, coypan, ongol-ongol, atau hoplopand (martabak keju). Lalu yang makan durian pakai nasi. Yang suka menari setelah mengepel lantai di rumah tua kami yang besar dan panjang sampai ke belakang.
Dan sayangnya selalu banjir kalau hujan, banjir sampai selutut. Karena letaknya di bawah jalan raya. Namun mamaku membersihkan rumah dengan tenang, tidak pernah marah atau kesal pada suaminya.
Aku tak pernah mendengar mamaku minta ini itu pada bapakku. Beliau selalu menerima apa adanya tapi selalu tampak cantik dan bersih dan rapi.
Mamaku.
Yang kasih aku nama Fifi karena suka dengan penyanyi Fifi Sumanti. Yang jemput aku sekolah di SDK II Pembangunan naik becak. Lalu ajak aku jajan dulu baru pulang. Tukang becak disuruh menunggu dan dikasih uang kembalian.
Allah berfirman, “Dan Kami memerintah kepada manusia untuk berbakti kepada prang tua, ibu yang telah mengandung dalam keadaa lemah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kalian kepada Ku dan kepada orang tua. Hanya kepada-Ke lah kamu kembali.” (QS. Luqman: 14)