IRAN menangkap 700 agen Mossad saat perang dengan Israel. Kisah mereka menyusup ke Iran ternyata bukan hal baru. Bahkan, beberapa di antara mereka wanita.
Begitu banyak cara yang dilakukan agen Israel menyusup ke Iran. Mulai dari membuat biodata asli versi pencitraan, hingga hal-hal yang tampak sangat natural. Dan cara ini tentu butuh waktu bertahun-tahun.
Catherine Perez Shakdam
Namanya Catherine Perez Shakdam. Catherine merupakan wanita keturunan Yahudi Prancis. Ia berhasil menyusup ke Iran sejak tahun 2014 hingga dirinya sendiri yang mengaku sebagai agen Mossad pada tahun 2021 saat kembali ke Prancis.
Perjalanannya menyusup ke lingkaran inti pejabat Iran bukan hal mudah dan biasa. Hal itu sudah ia awali sejak kuliah di University of London pada tahun 90-an.
Di universitas itu, Catherine mengambil fakultas psikologi. Rupanya, ia kuliah hanya sambilan. Tujuan utamanya, ia sedang menarget seorang pemuda muslim asal Yaman yang juga kuliah di situ.
Menikah dan Masuk Islam
Catherine berhasil membuat jatuh hati seorang pemuda asal Yaman yang ia target. Senjatanya begitu berat: ia menyatakan diri masuk Islam atau sebagai mualaf.
Pemuda asal Yaman ini pun menikah dengan Catherine pada tahun 1999. Saat itu usia Catherine masih sangat belia: 18 tahun. Suaminya seorang muslim sunni.
Ia pun tinggal bersama suami di Yaman. Di sana, Catherine yang memang hobi jurnalistik menulis banyak artikel tentang Islam dan kerusakan yang ditimbulkan Israel dan Amerika.
Karya-karya tulisnya rupanya dipelajari banyak pihak, yang tentu saja diarahkan ke Iran. Pada tahun 2014, atau setelah lima tahun pernikahan, Catherine minta cerai dengan suaminya. Meskipun sudah memiliki 2 anak.
Alasan perceraiannya karena tidak cocok dengan suaminya yang sunni. Sementara, ia lebih suka dengan aliran Syiah.
Inilah umpan yang sengaja dipasang Catherine dan timnya untuk menarik pihak Iran. Selain dengan tulisan, Catherine juga mendekati sejumlah petinggi aktivis Syiah di Yaman.
Umpan Catherine rupanya ‘manjur’. Melalui relasi yang ia jalin melalui jaringan aktivis Syiah di Yaman, Catherine berhasil diterima sejumlah kantor media massa di Iran.
Tulisannya menghias berbagai media top di Iran. Bahkan, sebuah televisi nasional Iran mengangkatnya sebagai penyiar terbaik yang kerap tampil mewawancarai pejabat Iran.
Setelah beberapa tahun merintis karir ini, Catherine dipercaya untuk mewawancarai Presiden Iran waktu itu: Ibrahim Raisi. Bahkan, ia diikutsertakan dalam sejumlah kunjungan kenegaraan sang presiden.
Membuka Kedok Mossadnya
Permainan lanjutan yang tak terduga dilakukan Catherine. Pada tahun 2021, saat dirinya berada di ‘kampung halaman’ di Prancis, ia membuka kedok Mossadnya selama di Iran.
Bahkan, ia menjelaskan kepada publik bahwa masuk Islamnya hanya pura-pura saja. Dan yang cukup menggentarkan pihak Iran adalah pernyataannya bahwa ia tahu banyak tentang ‘lingkaran dalam’ Iran.
Para analis mencoba mempelajari kenapa hal ini dilakukan Catherine justru di saat ia sudah begitu ‘dalam’ berada di kalangan pejabat Iran.
Yaitu, hal ini merupakan bagian dari ‘tugas’ terakhir Catherine untuk melemahkan pihak Iran. Bahwa, betapa lemahnya negara ayatollah ini.
Dengan kata lain, Israel melalui Mossadnya ingin menunjukkan ke Iran bahwa segala kartu kuncinya sudah mereka pegang. Dan hal itu dilakukan Catherine dan Mossad secara terbuka. Jelas hal ini ditujukan untuk seluruh warga Iran agar muncul ketidakpercayaan publik terhadap pemerintahnya.
Iran menyangkal klaim Catherine tersebut. Pihak Iran mengklarifikasi bahwa posisi Catherine di media massa Iran hanya sebagai koresponden saja. Bukan jurnalis inti.
Namun sayangnya, kesalahan yang berulang di pihak Iran itu justru kian besar. Hal tersebut setelah Iran menyatakan bahwa telah menangkap 700 orang yang diduga agen Mossad saat perang terbuka Iran Israel beberapa waktu lalu.
Tujuh ratus? Untuk ukuran tindak spionase, angka itu tentu bukan jumlah yang sedikit. Melainkan, sejumlah tim, atau bahkan seperti kantor cabang Mossad yang bertugas di Iran. [Mh]