Baca cerita sebelumnya Ada Juara atau Nggak (Part 1)
Anak ke-4 saya di TK juara teladan karena pendiam dan suka menolong guru. Di SD semester 1 juara satu tapi suatu malam diralat sama gurunya karena nilai science baru masuk. Dan akhirnya anak saya juara 2, sampai semester berikutnya.
Tapi dia nggak tahu juara kelas apaan. Aku juga nggak kasih tahu. Lha, gurunya juga diam saja. Haha.
Ya jadi juara penting juga. Anak jadi confidence dan dapat beasiswa benaran. Tapi kalau nggak dapat bagaimana? Biasanya yang ambisi jadi juara tuh anak yang sudah pernah jadi juara. Jadi orangtuanya ketagihan. Ada ambisi.
Yang nggak ada ambisi, biasanya yang nggak pernah juara anaknya. Kayak aku. Bapakku bilang ke guruku, “Yang penting anak saya naik kelas.”
Dan guruku manggut-manggut dan aku selalu naik kelas dengan nilai pas-pasan kadang lumayan. Kasihan kali ya.
Baca juga: Hunting Buah-Buahan untuk Parents JISc (Part 2)
Terakhir, waktu UN nilaiku lumayan saja. Tapi tetap nggak bisa masuk UI, nggak daftar, aku kira buat anak pintar saja. Maka aku masuk sekolah yang banyak artisnya, Trisakti. IPK-ku juga biasa, karena aktif di Rohis, jadi ketua keputrian tapi cuma setahun karena galak dan perfectionist. Jadi banyak yang sebal.
Ya begitulah anak-anak. Kalau bisa jadi juara jadi juara saja agar dapat beasiswa. Benaran. Juga ada rasa pride and confidence. Asal dijaga agar nggak sombong dan nggak terlalu percaya diri. Nanti jatuhnya sakit.
Bagaimana yang nggak pernah juara kayak aku gini? Tenang dinda. Biasanya skill of life banyak. Bisa jadi pengusaha tapi tidak bisa jadi penguasa. Hehehe.
Juara nggak juara tetap keren, yang penting beriman. Oke, Bunda?
Selamat Hari Ibu. Selamat Hari saya.
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter: