ChanelMuslim.com – Beban yang membebankan.
1. Anak lelaki kecil itu mengedip-kedipkan matanya dengan gelisah. Dia anak sulung yang dari kecil sudah terbiasa mendengar, “Kamu kan anak sulung, kewajiban kamu menjaga semua adik-adikmu.”
Kalimat itu terus membebani sehingga waktu main pun ingatannya kepada adik-adiknya yang ada di ujung lapangan. Pikirannya pecah antara menggolkan bola dengan menjaga adik-adiknya yang menonton di pinggir lapangan.
2. Kisah lain. Seorang anak lelaki satu-satunya di keluarga itu yang juga ketika ayahnya meninggal, dia sudah dibebankan oleh orang dewasa sekitar. Nenek, kakek, paman, dan bibi dengan kalimat, “Kamu satu-satunya anak lelaki di keluarga mamakmu, ayahmu sudah tak ada, maka di punggungmulah semua urusan keluarga ini. Kamu yang akan menjadi wali bagi adik-adikmu. Jadi panutan dan bla bla bla.”
Lalu anak ini tampak tak siap dan gamang.
3. “Ibu kan guru. Sebagai guru harus digugu dan ditiru.”
“Jangan menulis status kayak begitu dong Bu, nggak pada tempatnya. Tanda bacanya salah semua lagi.”
Sang ibu guru diam saja. Bukan tak berani melawan tapi berpikir bahwa Facebook adalah hak privasinya, tidak ada urusan dengan pekerjaan sebagai guru. Menulis di Facebook tentu saja berbeda dengan menulis disertasi. Tapi masyarakat menghujat ini itu dengan gagahnya.
4. “Kamu kan anak kiayi.”
5. ” Kamu kan anak yang punya sekolah. Seharusnya kamu….”
6. ” Kamu kan….”
Ya, beban yang membebankan. Biasanya timbul dari hujatan orang. Harapan orang lain yang berlebihan yang seringkali kalau dipikirkan malah sangat membebani.
Memang orang itu siapa? Mengatakan begini dan begitu? Tidak ada yang harus dilakukan karena beban atas dasar pemikiran orang lain. Bahwa kita harus begini atau begitu.
Kalau ditanya jawabnya, “Ya karena kami sayang pada Anda.”
Haha. Nggak ada yang minta disayang. Biasa saja. Malah mendingan nggak usah kenal daripada kenal malah ‘membebani’.
Maka berbuatlah karena Allah, bukan karena beban dari orang lain yang terkadang dengan seenaknya diucapkan. Ekspektasi jahat. Apalagi kalau tahu orang yang dibebani itu lemah.
Dan berhentilah menjadi orang yang ‘membebani’ bahkan mengatur hidup orang lain.
“Kamu kan guru. Kamu harus begini begitu dong, nanti orang pada niru. Kamu kan istri pimpinan, kamu harus begini dan begitu.”
Berhenti dengan sikap menuntut orang lain karena posisi dan prestasi yang ada pada yang bersangkutan.
“Biasa saja lagi.”
Biarkan mereka berbuat apa yang mereka bisa. Ikhlas karena Allah. Stop jadi hakim dengan cara membebani dan menghujat. Pikirkan saja diri sendiri. Apa kontribusi kita pada masyarakat. Tapi jangan katakan jadi hakim yang membebani dengan cara menghakimi. Haha.
Paham ora, son?
Dari AbuHurairah Ra., bahwasanya Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Jika ada seseorang berkata, “orang banyak (sekarang ini) sudah rusak, maka orang yang berkata itu sendiri yang paling rusak di antara mereka.” (HR. Muslim)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-talk/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jakartaislamicschoolcom
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
https://www.instagram.com/fifi.jubilea/
Twitter: