JAKARTA – Cuaca ekstrim yang dimulai dari bulan November 2014 hingga diperkirakan sampai bulan Maret 2015, menunjukkan dampak tidak menggembirakan bagi petani negara ini. Karena, para petani tersebut terancam gagal panen atau puso akibat banjir.
“Cuaca ekstrim berujung banjir telah terjadi di berbagai daerah seperti Aceh, Bandung, Klaten, Bojonegoro, dan beberapa wilayah lain sentra padi yang masih terus dipantau, dan kami meminta kepada pemerintah, agar melakukan tindakan antisipasi untuk meredam dampak negatif secara nasional,” kata anggota komisi IV DPR yang membidangi pertanian, Ma’mur Hasanuddin, di Jakarta, Senin (5/1/2015).
Dampak negatif yang dikatakan Ma’mur adalah terjadinya pengurangan secara nasional produksi padi akibat puso, sehingga mengganggu stabilitas pangan nasional. Terganggunya stabilitas pangan, lanjut dia, akan berdampak kepada terganggunya stabilitas negara.
Puso terjadi di propinsi Aceh pada areal tanam padi seluas 5.861 hektare (ha), di Klaten areal tanam padi seluas 98 ha. Di Bandung, seluas 365 ha sawah terancam puso. Sedangkan, di Bojonegoro, panen dipercepat akibat kekhawatiran banjir karena sekitar 97 ribu Ha lahan areal dekat Bengawan Solo, sehingga jumlah produksi padi yang dihasilkan tidak maksimal. Dan diwilayah Jawa Timur, kepala dinas pertaniannya sudah mengumumkan bahwa Sebanyak 903 hektare lahan padi di Jawa Timur (Jatim) mengalami puso.
Begitu banyaknya banjir yang terjadi akibat cuaca ekstrim oleh Ma’mur diduga merupakan salah satu dampak efek domino yang terjadi akibat alih fungsi lahan.
Penurunan produksi pangan akibat alih fungsi yang tidak bijak, selain mengurangi jumlah produksi pangan akibat lahan berkurang, sekaligus merusak lingkungan lainnya yang mengakibatkan gagalnya panen pada areal produksi.
“Saya meminta kepada pemerintah, selain memberikan solusi jangka pendek yang cepat akibat puso melalui menko yang membahwahi kemensos, juga jangka panjang untuk menerapkan undang-undang lahan pertanian pangan berkelanjutan yang menjamin tidak ada alih fungsi lahan pertanian yang produktif,” pinta Ma’mur.