ISRAEL membunuh lebih dari 400 warga Palestina, termasuk lebih dari 100 anak-anak, dalam salah satu pemboman paling berdarah di Jalur Gaza pada Selasa pagi (18/3/2025), yang secara sepihak mengakhiri gencatan senjata dengan Hamas.
Serangan udara mulai menghantam kelima kota Gaza dari utara ke selatan sekitar pukul 3 pagi waktu setempat (12 pagi GMT) pada hari ke-18 bulan suci Ramadan.
Setidaknya 404 orang syahid dan 562 orang terluka, menurut kementerian kesehatan Palestina.
Juru bicara pertahanan sipil Gaza mengatakan sedikitnya 130 anak-anak dan puluhan wanita syahid dalam pembantaian tersebut.
Yosri al-Ghar, seorang penyintas pemboman semalam, mengatakan serangan udara menyebabkan saudara perempuannya yang sedang hamil, suaminya, dan tiga anak mereka meninggal. Anak keempat mereka dalam kondisi serius.
Ia menggambarkan daerah itu dulunya dianggap aman, jauh dari perbatasan, tempat kehidupan normal.
“Serangan itu langsung, tanpa peringatan,” kata Ghar kepada Middle East Eye di luar rumah sakit Nasser yang dilanda perang di Khan Younis.
“Serangan itu jelas-jelas menargetkan warga sipil, termasuk anak-anak. Serangan itu benar-benar biadab.”
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Ia mengungkapkan rasa frustrasinya yang mendalam atas kurangnya respons global.
“Tidak ada satu pun dunia, baik dunia Arab, maupun dunia Islam, yang bersuara. Jika seekor anak kucing dibunuh, dunia pasti akan protes, tetapi sebaliknya, keheningan itu memekakkan telinga.”
Warga Palestina lainnya di Gaza, Basma Arif al-Nshalseh, juga menyesalkan bagaimana tanggapan dunia terhadap serangan Israel tidak terlihat oleh rakyat Gaza yang bersedih dan menderita.
Israel Kembali Melanggar Gencatan Senjata, Ratusan Warga Palestina Syahid di Bulan Ramadan
Baca juga: Israel Menahan Jurnalis Palestina, Latifeh Abdellatif
“Mana umat Islam, mana umat beriman di bulan suci ini, mana mereka? Cukuplah Allah,” teriaknya.
Nshalseh mengatakan serangan mulai berdatangan saat ia dan warga Palestina lainnya bersiap untuk sahur, makanan yang disantap sebelum memulai hari puasa.
“Kami bertanya-tanya di mana mereka menyerang, lalu kami sadar bahwa kamilah sasarannya, anak-anak kami, para wanita kami,” ungkapnya.
“Anak-anak saudara perempuan saya semuanya meninggal,” imbuhnya sambil menangis.
Beberapa anggota keluarga Nshalseh juga dibunuh oleh Israel yaitu putri dan menantunya.
“Kami telah menderita selama satu setengah tahun, tinggal di tenda-tenda, mengungsi bersama anak-anak kami, dan lalat-lalat telah memakan kami dan serangga-serangga telah menggigit kami, di mana gencatan senjata?”[Sdz]