BEREDAR pesan singkat mengenai hadis tentang lima malam yang jika berdoa pada malam itu, niscaya doanya tidak tertolak atau akan terkabul.
Ustaz Farid Nu’man Hasan memberikan penjelasan mengenai hadis tersebut.
Bismillahirrahmanirrahim..
Bunyinya:
خمس ليال لا تُرد فيهن الدعوة: أول ليلة من رجب، وليلة النصف من شعبان، وليلة الجمعة، وليلة الفطر، وليلة النحر
Ada lima malam, tidak akan ditolak doa pada malam-malam tersebut:
1. Malam pertama bulan Rajab
2. Malam nishfu Sya’ban
3. Malam Jumat
4. Malam Idul Fitri
5. Malam Idul Adha
Diriwayatkan oleh Imam ad Dailami, dalam Musnad al Firdaus no. 2975, dari Abu Umamah.
Ucapan ini cukup dikenal sebagian masyarakat muslim.
Baca juga: Hadis tentang Pahala Istri Berbakti pada Suami Rata-rata Palsu
Hadis tentang Lima Malam saat Doa Tidak Tertolak
Para ulama mengatakan, kalimat ini tidak sah disebut hadis Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Dalam Musnad al Firdaus pun disebut sebagai ucapan Abu Umamah.
Al Lajnah Al Ifta, kerajaan Jordan, menulis sebagai berikut:
هذا ليس بحديث عن النبي صلى الله عليه وسلم؛ إذ لم يروه علماء الحديث مسنداً إليه عليه الصلاة والسلام، إلا رواية الديلمي في “مسند الفردوس” (2/ 196)، وابن عساكر في “تاريخ دمشق” (10/ 408)، وفي إسناده إبراهيم بن أبي يحيى وآخرون متهمون، ولذلك ضعفه الحافظ ابن حجر رحمه الله في “التلخيص الحبير”.
Ini bukanlah hadits dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, sebab tidak ada ulama hadits yang meriwayatkannya secara bersanad, kecuali Ad Dailami dalam Musnad al Firdaus (2/196), dan Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyqi (10/408).
Dalam sanadnya terdapat Ibrahim bin Abi Yahya dan lainnya, yang muttaham (tertuduh sebagai pendusta). Oleh karena itu, Al Hafizh Ibnu Hajar mendhaifkannya dalam At Talkhish al Habir. (Fatwa no. 1903)
Imam Al Munawi mengatakan: Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh-nya, Ibnu Hajar mengatakan dalam Takhrij al Adzkar, hadis ini gharib, dan Abdurrahim bin Zaid al’ Amiy adalah salah satu perawi yang matruk (haditsnya ditinggal/tidak terpakai).
Ibnul Jauzi berkata: “Tidak shahih, dan Abdurrahim menurut Yahya adakah Pendusta. An Nasa’i mengatakan: matruk (ditinggalkan). (Faidhul Qadir, jilid. 3, hlm. 97)
Namun demikian, ini dikenal sebagai ucapan sebagian salaf, di antaranya:
– Abdullah bin Umar Radhiallahu ‘Anhuma. (Imam Abdurrazzaq, Al Mushannaf, no. 7927. Imam Al Baihaqi, Syu’abul Iman no 3440)
– Imam asy Syafi’i. (Imam Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra no. 6293. Lihat juga Ma’ rifatus Sunan wal Aatsar no. 7028)
– Sementara, ‘Atha al Khurasani Rahimahullah berkata:
خَمْسُ لَيَالٍ مَنْ أَقَامَهُنَّ: أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ يَقُومُهَا , وَيُصْبِحُ صَائمَا، وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ يَقُومُهَا يُصْبِحُ صَائِمًا، وَلَيْلَةُ الْفِطْرِ يَقُومُهَا وَيُصْبِحُ مُفْطِرًا، وَلَيْلَةُ الْأَضْحَى يَقُومُهَا , وَيُصْبِحُ مُفْطِرًا، وَلَيْلَةُ عَاشُورَاءَ يَقُومُهَا , وَيُصْبِحُ صَائِمًا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ أَجْرَ شَهِيدٍ فِي حَيَاتِهِ , وَبَعْدَ مَمَاتِهِ
Ada lima malam, siapa yang QIYAM pada malam-malam itu:
1. Awal malam Rajab dia qiyam, lalu paginya puasa
2. Malam nishfu sya’ban dia qiyam, lalu paginya puasa
3. Malam Idul Fithri dia qiyam, lalu baginya tidak berpuasa
4. Malam Idul Adha dia qiyam, lalu paginya tidak berpuasa
5. Malam Asyura dia qiyam, lalu paginya puasa
MAKA, dia mendapatkan pahala mati syahid pada kehidupannya dan setelah kematiannya.
(Imam Yahya bin Husein Al Jurjaani, Tartib al Amaliy, no. 1784)
Maka, cukup meyakini sebagai ucapan sebagian salaf saja dan tidak menyandarkannya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Demikian. Wallahu a’lam. [ind]