IDOLA dalam Islam. Idol, begitulah para remaja sekarang melihat bintang film, atlit atau tokoh-tokoh muda yang terkenal lewat layar kaca.
Biasanya faktor yang paling menarik perhatian para remaja putra dan putri ketika mengidolakan seseorang adalah fisiknya.
Oleh: Hifizah Nur, S.Psi., M.Ed., (Ketua Hikari Parenting School)
“Wuihh..ganteng bo!, keren bingit !!” Seru Santi, seorang gadis remaja ketika membicarakan salah satu bintang televisi bersama teman-teman se-gank-nya.
Omongannya ditimpali ramai oleh teman-temannya. Berbagai pujian terhadap sang bintang tercetus dari bibir-bibir para remaja putri itu.
Dan mereka betah berjam-jam menghabiskan waktu untuk membicarakan sang idol.
Baca Juga: Perhatikan Idola Anak Kita
Idola dalam Islam
Idol. Begitulah para remaja sekarang melihat bintang film, atlit atau tokoh-tokoh muda yang terkenal lewat layar kaca.
Biasanya faktor yang paling menarik perhatian para remaja putra dan putri ketika mengidolakan seseorang adalah fisiknya. Ganteng atau Cantik.
Baru talent atau bakat yang dimiliki seperti kemampuannya berakting, bernyanyi atau prestasi di bidang-bidang lainnya.
Jarang ditemukan orang yang secara fisik biasa-biasa saja, tetapi menjadi idol para remaja kebanyakan.
Begitu juga kepribadian atau karakter yang dimiliki, merupakan nomor kesekian yang dijadikan bahan pertimbangan ketika seseorang remaja mengidolakan seorang bintang.
Hasil dari pengidolaan ini bermacam-macam, mulai dari mengikuti apa yang dikenakan sang idol, mengunjungi tempat-tempat yang sering dikunjungi sang idol, sampai meniru segala sesuatu yang dilakukan oleh sang idol.
Sampai ada suatu kejadian tragis, ketika seorang bintang idol meninggal, beberapa orang fansnya rela ikut membunuh dirinya karena kesetiaan yang di luar akal sehat.
(contoh: kasus Grup Musik X Japan, ketika salah seorang personilnya meninggal, 4 orang fans ikut mencoba membunuh dirinya, 2 orang meninggal).
Dalam Islam, salah satu bentuk pengidolan sampai mengikuti seluruh sepak terjang sang idol, selain kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, bisa dikategorikan sebagai salah satu syirik (menyekutukan Allah).
Mengapa demikian?
Baca Juga: Cuti untuk Idola ala Perusahaan Jepang
Mengidolakan Seseorang Bisa Jatuh Syirik
Ada dua hal yang bisa menjadikan seseorang berlaku syirik kepada Allah ketika menjadikan seorang bintang sebagai idol.
Pertama, ketika seseorang mengikuti segala perilaku yang ditunjukkan oleh sang idol
Terutama dalam hal-hal yang dimurkai Allah. Misalnya, bila sang idol menganggap dugem itu adalah sesuatu yang ‘cool’, maka para remaja ikut-ikutan menyenangi tempat dugem seperti yang diidolakan.
Contoh lain, bila sang idol memakai baju yang seksi, yang memperlihatkan seluruh bentuk tubuhnya, dengan serta merta para fans mengikuti gaya berpakaian sang idol tersebut.
Kedua, ketika seseorang mencintai sang idol melebihi cintanya kepada Allah
Sampai-sampai rela melakukan apa pun untuk hanya sekadar bertemu sang idol. Bahkan sampai mengorbankan nyawa untuk bertemu sang idol. (lihat kasus konser SO7 atau Ungu).
Bila tingkat kecintaan seseorang kepada sang idol melebihi cintanya kepada Allah, sampai-sampai bersedia melakukan apa pun agar bisa diperhatikan sang idol, maka jatuhlah ia kepada syirik yang dimurkai Allah.
Baca Juga: Idola dalam Pandangan Islam
Syarat Menjadikan Seseorang sebagai Idola
Nah, sekarang, bolehkan kita mengidolkan seseorang? Jawabannya tentu saja boleh, dengan beberapa syarat.
Pertama, kita menjadikan seseorang sebagai idol tidak melebihi pengidolaan kita kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Rasulullah adalah sebaik-baik idola. Apa pun yang dilakukan oleh Rasulullah, selalu berdampak baik untuk kita. Lebih dari itu, mengikuti setiap gerak-gerik Rasulullah akan mendatangkan pahala bagi kita.
Bagaimana kalau kita tidak terlalu mengenal Rasulullah? Ya tentu harus kenalan dulu, pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang.
Caranya? Bisa melalui sejarah hidup beliau. Melalui film Ar-Risalah, yang mengupas perjuangan beliau. Melalui ucapan-ucapannya yang selalu bermakna dan bermanfaat untuk kita.
Kedua, bila kita mengidolakan seseorang, lihatlah berapa banyak kebaikan yang dihasilkan oleh orang tersebut untuk lingkungan sekitarnya.
Kadang kita terjebak dalam kehebatan seseorang dalam berakting, atau mengagumi suaranya ketika bernyanyi. Padahal kita tidak tahu bagaimana kesehariannya.
Bagaimana akhlaknya kepada sesama manusia, atau makhluk Allah lainnya.
Bila memang akhlaknya baik, atau banyak memberikan manfaat kepada orang banyak atau lingkungan sekitarnya, mungkin ia memang pantas dijadikan idola.
Ketiga, meskipun kita mengidolakan seseorang, kita harus tetap mengingat, bahwa ia juga manusia.
Tentu banyak sekali kekurangan-kekurangan yang dimilikinya, yang tidak tampak oleh kita. Media massa bisa membesarkan seseorang dengan menonjolkan sisi-sisi baiknya saja.
Padahal mungkin banyak kekurangan yang tersembunyi, yang kita tidak mengetahuinya. Tidak jarang, sang idol memiliki kebiasaan yang bertentangan dengan tradisi Islam.
Misalnya, terbiasa bergaul bebas, senang minum-minuman keras, atau memiliki hobi berpesta pora. Kebiasaan yang sama sekali tidak patut untuk ditiru.
Keempat, menyadari bahwa bakat yang dimiliki sang idol, kecantikan atau ketampanannya merupakan anugrah dari Allah Subhanahu wa taala.
Dialah yang menciptakan manusia, dan memberikannya segala kelebihan tersebut sebagai ujian keimanan, baik untuk diri sang idol sendiri, maupun orang-orang yang mengidolkannya.
Mudah-mudahan dengan tulisan ini, kita bisa memandang sang idola dengan lebih proporsional.
Bisa membersihkan aqidah kita, sehingga tidak lagi mengagungkan seseorang melebihi pengagungan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapatkan pahala yang tidak ada putus-putusnya.”
(At-Tiin : 4-6).[ind]