SUDAHKAH kita mengenal pasukan mata-mata Rasulullah? Pada suatu hari, Rasulullah ingin mengetahui sejauh mana persiapan orang-orang kafir Quraisy untuk menghadapi peperangan baru.
Rasululullah pun memilih sepuluh orang untuk mengemban tugas ini sebagai mata-mata. Khubaib termasuk salah satu dari sepuluh orang itu.
Baca Juga: Pernikahan Rasulullah dan Khadijah yang Diberkahi
Pasukan Mata-Mata Rasulullah
Sebagai pemimpin mereka, Nabi menunjuk ‘Ashim bin Tsabit.
Tim mata-mata ini pun berangkat untuk mengemban tugas. Ketika sampai di satu tempat antara Asfan dan Mekah, gerakan mereka tercium oleh orang-orang bani Hayyan.
Mereka mengirim seratus pemanah pilihan untuk menggagalkan misi spionase kaum muslimin.
Pasukan bani Hayyan hampir saja kehilangan jejak, hingga satu dari mereka melihat biji kurma yang berceceran di pasir.
Dengan kemampuan luar biasa dalam mengenali tanda-tanda yang biasa dimiliki bangsa Arab, mereka akhirnya mengetahui arah rombongan kaum muslimin.
Di antara mereka ada yang berkata, “Kurma ini berasal dari Yatsrib (Madinah). Mari kita ikuti biji korma ini, hingga kita bisa menyusul mereka.”
Dengan petunjuk biji-biji kurma yang berceceran di tanah, mereka terus berjalan, hingga akhirnya mereka melihat dari jauh rombongan kaum muslimin yang sedang mereka cari.
‘Ashim, sang pemimpin merasa bahwa mereka sedang dikejar musuh. Ia perintahkan rekan-rekannya untuk naik ke puncak bukit.
Seratus pemanah musuh sudah sampai di bawah bukit. Lalu, mereka mengepung bukit itu dengan ketat. Para pengepung meminta agar kaum muslimin menyerahkan diri dan tidak akan dianiaya.
Kesepuluh orang ini menoleh kepada pemimpin mereka ‘Ashim bin Tsabit Al-Anshari ra, menunggu perintahnya.
‘Ashim berkata, “Demi Allah aku tidak akan turun, dengan jaminan orang musyrik. Ya Allah, kabarkan kondisi kami kepada Nabi-Mu.”
Pasukan kafir itu mulai menghujani mereka dengan anak panah. ‘Ashim beserta tujuh orang lainnya terkena anak panah dan gugur sebagai syuhada.
Sisa pasukan Islam diminta turun oleh pasukan kafir dengan jaminan keamanan.
Tiga orang kaum muslimin itu pun turun dari bukit. Tiga orang itu adalah Khubaib dan dua orang rekannya.
Mereka mendekati Khubaib dan Zaid bin Datsinah, lalu mengikat keduanya. Orang ketiga melihatnya sebagai tanda-tanda pengingkaran janji, maka ia memilih melawan, dan akhirnya gugur sebagai syahid, seperti yang dialami oleh ‘Ashim dan rekan-rekannya.
Demikianlah, delapan orang mukmin pilihan telah gugur sebagai syahid.
Khubaib dan Zaid berusaha melepaskan diri, namun gagal. Keduanya dibawa ke Mekah untuk dijual sebagai budak.
Nama Khubaib menjadi bahan pembicaraan di Mekah. Saat itulah, para keturunan Harits bin Amir teringat akan ayahnya yang tewas di Perang Badar oleh Khubaib. Mereka langsung dibakar api dendam.
Mereka segera kembali Khubaib untuk melampiaskan dendam mereka. Rupanya para penduduk Mekah yang kehilangan keluarga mereka di Perang Badar juga menginginkan Khubaib.
Akhirnya, mereka menyepakati jenis siksa yang akan ditimpakan kepada Khubaib untuk melampiaskan dendam mereka. Bukan saja terhadap Khubaib, melainkan juga terhadap seluruh kaum muslimin.
Di waktu yang sama, golongan musyrik lainnya juga melakukan penyiksaan terhadap Zaid bin Datsinah. Siksaan di luar batas kemanusiaan. [Cms]
Sumber : 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW/Khalid Muhammad Khalid/Al Itishom