KEUTAMAAN menuntut ilmu agama sangatlah banyak. Selain itu, kita juga wajib untuk belajar. Menuntut ilmu tidaklah hanya pada jenjang formal dan hanya dimasa muda. Menuntut ilmu sepanjang masa. Dan ilmu yang paling baik untuk dipelajari adalah ilmu agama.
Seorang alim ahli ibadah belum tentu berilmu, Tetapi, seseorang yang memahami ilmu agama akan menjadi ahli ibadah.
Baca Juga: Mahasiswa asal Uighur Ini Rela Diwafatkan Demi Ilmu Agama yang Diperjuangkan
Keutamaan Menuntut Ilmu Agama
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah adalah seperti perbandingan bulan di malam badar dari bintang-bintang lainnya.” (HR.Abu Dawud, At-Tirmidzi).
Orang yang berilmu bisa memberikan pengaruh ilmunya pada yang lain, pengaruhnya besar. Sedangkan ahli ibadah tidak bisa memberikan pengaruh pada yang lain seperti itu.
Oleh karenanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam misalkan seperti cahaya bulan dan cahaya bintang untuk membandingkan ahli ilmu dan ahli ibadah.
Ahli ilmu laksana bulan yang bersinar memberikan sinarnya keseluruh bumi. Ahli ibadah memiliki sinar seperti bintang, sinarnya hanya memberikan hiasan pada langit.
Seorang alim yang benar adalah ia menyibukkan diri dengan ilmu dan tidak melupakan amalan. Sedangkan seorang ahli ibadah adalah yang menyibukkan diri dengan ibadah tanpa mempedulikan dasar ilmu dari ibadah tersebut.
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya Nabi tidaklah mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Barangsiapa yang mewariskan ilmu, maka sungguh ia telah mendapatkan keberuntungan yang besar.” (HR.Abu Dawud, At-Tirmidzi).
Seorang hamba barulah dikatakan baik jika ia mengambil warisan ilmu dari Nabi. Bukan sekedar menjadi seorang teknokrat, psikiater, dokter, seorang master atau seorang professor.
Karena warisan Nabi bukanlah dunia dan harta, bukan pula ilmu dunia. Warisan Nabi yang sebenarnya adalah pada ilmu agama. Karenanya jangan sampai meninggalkan ilmu agama karena sibuk dengan keduniaan atau sibuk mencari ilmu dunia.
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. Ar Ruum: 7)
Karena seorang dokter dan teknokrat yang kenal agama, jauh berbeda dengan yang tidak kenal agama.
“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az- Zumar: 9).
Tentang ayat di atas, Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di berkata,
“Tentu tidak sama antara mereka dan mereka (yang berilmu dan tidak berilmu). Sebagaimana tidak sama antara malam dan siang, tidak sama antara terang dan kegelapan, begitu pula tidak sama antara air dan api.”
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (QS. Al-Qashshash: 77).
Ibnu Katsir berkata, “Gunakanlah yang telah Allah anugerahkan untukmu dari harta dan nikmat yang besar untuk taat pada Rabbmu dan membuat dirimu semakin dekat pada Allah dengan berbagai macam ketaatan.
Dengan ini semua, engkau dapat menggapai pahala di kehidupan akhirat.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6: 37).
Inilah diantara keutamaan ilmu, pentingnya mempelajari ilmu agama sebelum ilmu lainnya. Agar tertanam keimanan, kecintaan pada Allah sehingga dapat mengamalkan ilmu dengan iman. [w/rumaysho/Cms]