ChanelMuslim.com – Jika ada seorang ratu yang sangat mencintai ilmu juga mencintai rakyatnya, dialah Zubaidah bintu Ja’far. Ia dikenal juga sebagai Ratu Amatul ‘Aziz yaitu ratu pelayan Allah yang Mahaperkasa. Dia seorang muslimah yang tumbuh dalam kerajaan besar, Kekhalifahan Daulah Abbasiyah. Kerajaan ini pernah menjadi pusat ilmu dan teknologi bagi Islam dan seluruh dunia. Zubaidah bintu Ja’far adalah teladan bagi para ibu dalam mencintai ilmu.
Ratu Zubaidah adalah permaisuri Harun al-Rasyid, Khalifah yang terkenal adil dan mencintai ilmu pengetahuan. Mereka tinggal di istana Baghdad, Irak, ibukota kekhalifahan. Dahulu, Baghdad adalah kota yang besar, maju, bersih, tertata rapi, dan dipenuhi taman yang indah.
Di istana yang indah tersebut, sering terdengar suara-suara bising seperti lebah. Ternyata itu bukan suara lebah, melainkan suara para pelayan Ratu Zubaidah yang sedang membaca Alquran dengan indah. Sang Ratu ingin ayat-ayat Alquran selalu bergema di istananya.
Ia dinamai Zubaidah oleh kakeknya karena kulitnya putih dan hatinya lembut. Walau kekayaannya melimpah, Zubaidah tidak pernah melupakan Allah yang memberikannya semua kekayaan dunia. Seperti suaminya, Zubaidah sangat mencintai ilmu pengetahuan dan seni.
Begitu cintanya pada ilmu, Ratu Zubaidah menggaji tinggi para ulama untuk mengajarkan agama. Dia juga mengajak para ilmuwan dan sastrawan agar mengembangkan ilmu pengetahuan dan sastra (syair) di Kota Baghdad.
Begitu dekatnya Zubaidah dengan sastra, ia dan suaminya pun menjadi inspirasi dari kisah 1001 Malam atau Arabian Nights yang ditulis pada penyair dan penulis. Kisah tersebut terkenal hingga ke Eropa.
Ratu Zubaidah menjadi salah satu penasihat suaminya dalam beberapa bidang, di antaranya dalam planologi (ilmu tata kota). Suatu hari, Zubaidah berangkat haji bersama suami dan rombongan. Dia melihat pemandangan yang memprihatinkan.
Kala itu, cuaca sangat terik, banyak Jemaah haji yang mengalami kepanasan, kehausan, dan kepayahan sepanjang perjalanan. Tidak lama setelahnya, Ratu Zubaidah memerintahkan banyak insiyur dan pekerja untuk mewujudkan sebuah mega proyek.
Mega proyek itu berupa pembuatan jalan sepanjang 1.500 kilometer dari kota Kuffah, Irak hingga ke kota Mekkah. Kemudian pembuatan sungai baru dan kolam yang menjadi sumber air dan minuman di sepanjang jalan. Ketiga, pembuatan jalur terowongan di sepanjang rute haji.
Fasilitas lengkap berupa masjid, sumur, pemandian umum, penginapan gratis, toko, dan lampu penerangan juga dibangun. Tujuannya agar para Jemaah haji merasa aman dan nyaman dalam perjalanan.
Para kepala insinyur sempat memprotesnya karena biaya proyek ini sangat tinggi. Namun, Ratu Zubaidah tidak mempedulikannya karena ia meniatkan pembangunan itu hanya untuk Allah dan agama.
Beberapa tahun kemudian, pembangunan jalan rute haji tersebut selesai. Begitu pula dengan sungai dan fasilitas lainnya. Jalan dan sungai tersebut kini dikenal sebagai Darb Zubaydah atau Mata Air Zubaidah.
Jalan Zubaidah juga telah memberi kemudahan untuk banyak orang dalam menuntut ilmu, budaya, dan perdagangan. Selama lebih dari 1.000 tahun, Jalan Zubaidah telah dilalui oleh jutaan Jemaah haji dari Irak, Fares, Khurasan, dan Kurdistan. Meski 1.300 tahun telah berlalu, beberapa sumur dan kolam dari rute ini masih dapat kita lihat.
Karena motivasi Zubaidah dalam ilmu, suaminya kemudian membangun Library of Wisdom (Perpustakaan Kebijaksanaan) yang berkembang menjadi House of Wisdom (Rumah Kebijaksanaan). Pusat riset ini akhirnya melahirkan banyak ilmuwan besar.
Zubaidah menjadi teladan para ibu dalam mencintai ilmu. Sebagai seorang wanita yang tetap mengurus keluarga, suami, dan anak-anaknya, Zubaidah juga memperhatikan rakyatnya dan menginginkan seluruh rakyatnya dalam kebaikan. Zubaidah adalah seorang ibu yang patut diteladani sebagai tokoh yang dikenang abadi, perempuan yang menjadi madrasah utama bagi anak-anaknya.[ind]
sumber: Buku Seri Ilmuwan Muslimah ditulis oleh Sarah Mantovani, penerbit: Pro-Kids (2020).