PERJALANAN pembuktian cinta antara suami isteri bukanlah perjalanan seumur jagung, tapi perjalanan seumur hidup, bahkan menyambung sampai ke surga.
Perjalanan pembuktian cinta antara suami isteri bukanlah perjalanan romansa picisan seperti yang digambarkan di film, sinetron atau novel, tapi ia perjalanan dengan tawa dan tangis dalam sebuah mahligai rumah tangga sampai maut menjemput.
Perjalanan pembuktian cinta adalah perjalanan rasa syukur dan kesabaran, tanpa sudi membanding-bandingkan dengan pasangan suami isteri lainnya.
Tanpa ada kamus mengganti, tapi memperbaiki.
Perjalanan pembuktian cinta bukanlah perjalanan untuk menuntut, tapi untuk memberi tanpa pamrih, tanpa rajin menyalahkan pasangan.
Sebab ia yakin dengan ikhlas memberi lagi halal, maka Allah Sang Pencipta Cinta akan memberi akhir yang manis baginya.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Perjalanan pembuktian cinta antara suami isteri adalah perjalanan cinta segitiga antara aku, kau dan Allah.
Yang ketika hidupnya saling memuliakan dalam misi ibadah dan ketika matinya saling meridhoi untuk kumpul kembali di surga.
Perjalanan pembuktian cinta adalah perjalanan diatas keyakinan bahwa dunia ini hanya senilai sebelah sayap nyamuk, sehingga tak terlalu stres dengan dinamikanya.
Tak mudah sakit hati dengan pasangan, tidak baperan, sampai dirundung trauma kekecewaan masa lalu.
Perjalanan pembuktian cinta adalah pasangan yang yakin mereka dijodohkan Allah, sehingga memulainya dengan hati berbunga-bunga, menjalaninya dengan senyum santai tapi tetap berkomitmen dan mempersembahkan hidupnya untuk kebahagiaan abadi.
Perjalanan Pembuktian Sebuah Cinta
“Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?” (QS. 6 ayat 32).
Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan tentang karunia dan pemberian-Nya kepada makhluk-Nya, juga kebaikan-Nya, bahwa orang-orang mukmin itu apabila anak cucu mereka mengikuti mereka dalam hal keimanan, maka anak cucu mereka itu akan diikutkan kepada mereka dalam kedudukan yang sama, sekalipun anak cucu mereka masih belum mencapai tingkatan amal mereka.
Demikian itu agar hati dan pandangan para ayah merasa sejuk dengan berkumpulnya mereka bersama anak-anak mereka, sehingga mereka dapat bergabung bersama-sama dalam keadaan yang sebaik-baiknya dari segala segi.
Baca juga: Hakikat Cinta dan Kasih Sayang Suami Istri
Yaitu Allah telah melenyapkan kekurangan dari amal dan menggantinya dengan amal yang sempurna, tanpa mengurangi amal dan kedudukan yang sempurna, mengingat adanya kesamaan di antara mereka.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ}
“Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka.” (Ath-Thur: 21).
As-Sauri telah meriwayatkan dari Amr ibnu Murrah, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah benar-benar mengangkat anak cucu orang mukmin menjadi sederajat dengannya, sekalipun amal mereka berada di bawahnya agar dengan keberadaan mereka bersama hatinya menjadi senang.
Kemudian Ibnu Abbas membaca firman-Nya:
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka.” (Ath-Thur: 21).
Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Sufyan As-Sauri dengan sanad yang sama.
Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui hadis Syu’bah, dari Amr ibnu Murrah dengan sanad yang sama.[Sdz]
Sumber: Serambi Ilmu dan Faidah