Departemen Pembangunan Islam Malaysia (Jakim) mengeluarkan aturan terbaru yang berusaha memisahkan laki-laki dan perempuan dalam sebuah pementasan konser, meskipun langkah ini dikritik oleh beberapa pihak dengan menyebutnya aturan yang “tidak layak”.
“Kami tidak ingin membatasi acara, kami hanya ingin melakukan yang terbaik untuk rakyat,” jelas Othman Mustapha, direktur jenderal Jakim, mengatakan kepada The Star pada Senin 20 April lalu.
“Pedoman ini dimaksudkan untuk membantu industri hiburan karena semakin banyak penggemar Muslim di Malaysia sekarang.”
Mustapha membela pedoman baru Jakim yang mendesak warga Malaysia untuk duduk terpisah dari lawan jenis dan menghindari tawa berlebihan selama konser.
Berdasarkan proposal terbaru Jakim, artis yang berencana untuk tampil di Malaysia harus tidak memiliki catatan kriminal dan gaya rambut serta penampilannya tidak akan menyebabkan siapa pun bingung tentang gender mereka.
Komedian juga diminta untuk tidaki membuat lelucon tentang topik yang serius dan penyanyi tidak diizinkan melakukan gerakan tarian cabul, sesuai dengan pedoman Jakim.
Mengkritik proposal Jakim tersebut, Chew Mei Fun, Wakil Menteri Wanita, Keluarga dan Pengembangan Masyarakat, berpendapat bahwa pemisahan gender tidak dapat diterapkan pada non-Muslim.
“Setiap kebijakan publik yang membatasi gerakan atau mengubah gaya hidup non-Muslim tidak layak di Malaysia.” tegas Fun, yang juga wakil presiden Asosiasi China Malaysia.
“Semua orang Malaysia, termasuk mereka yang berwenang, harus belajar untuk saling menghormati setiap ras sehingga kita dapat menyoroti negara kita dengan keragaman serta meniti jalan moderat, bukan sebagai negara yang dibatasi dengan kekakuan agama dan gangguan ke ranah publik.”
Dijuluki “melting pot” dari Asia untuk bunga rampai budaya, Malaysia telah lama mengangkat harmonisnya toleransi damai antara ras dan agama yang ada di negara tersebut.[af/onislam]