AYAH galau pada umumnya dirasakan oleh para ayah dan terjadi pada usia pernikahan ke-5, 10 atau 15. Pakar pendidikan berbasis fitrah Harry Santosa menulis tentang hal ini.
Para Ayah menjelang usia 40 atau lewat sedikit, walau mungkin lumayan mapan, tetapi ia mulai galau dan cemas.
Mereka gelisah tak mengerti apa penyebab kegelisahannya dan harus bagaimana, lalu mencoba mencari-cari jawaban sendiri atau kesenangan sendiri dengan alasan ingin menenangkan diri atau mencari bahagia, tapi sebenarnya hanya pelarian tak berujung.
Ia tak tahu juga bagaimana mengatasi kegelisahannya atau mencapai kebahagiaannya itu bahkan mungkin tak tahu juga apa itu sebenarnya bahagia.
Lalu, umumnya mereka menyibukkan dirinya dengan berbagai pekerjaan atau kesenangan tak penting atau bahkan kegiatan keagamaan untuk menenangkan diri, namun itu semua sebenarnya hanya pelarian.
Lihatlah mereka mulai rajin menyalahkan keadaan atau mencoba resep lama “mensyukuri yang ada” namun sebenarnya tak menghilangkan kegelisahannya, karena syukur itu bukan menerima apa yang ada, namun menggali maksud Allah di balik ini semua.
Sebagian mereka mulai berpindah-pindah pekerjaan, atau biasanya, justru kemudian pasangan hidupnya atau istrinya yang dipersalahkan atas kegalauannya dan kegelisahannya itu.
Baca Juga: Doa untuk Menghilangkan Kegalauan
Ayah Galau
Dia berfikir, jika lari dari pekerjaannya atau keluarganya atau ganti istri maka masalahnya akan selesai dan menemukan kebahagiaannya.
Katakan padanya, bahwa lari ke akhirat pun dan menikah dengan bidadari pun pasti tetap bermasalah karena sesungguhnya masalahnya ada di dalam dirinya.
Yang diperlukan adalah merobohkan semua penghalang yang ia bangun tanpa sadar yang menghalanginya dari kebahagiaannya, karena sesungguhnya makna bahagianya ada di dalam fitrah dirinya yang selama ini ada namun tak disadarinya.
Kegelisahan itu sesungguhnya wajar pada rentang usia ini. Maka rasakanlah bahwa Allah sedang berbicara kepada kita, apakah hidup hanya tentang cari makan atau berkarier semata?
Apa maknamu di dunia ini? Kegelisahan itu keniscayaan, karena ada hak fitrah atau makna diri yang belum ditemukan dan dijalankan.
Mengapa ayah yang dibahas? Karena ia imam, ia pemimpin keluarga, jika sang nakhoda galau dan gelisah, maka bahtera pasti akan ikut goyah.
Maka jangan dimusuhi, doakan dengan tulus, kasihani dia.
Mari bantu para ayah galau ini untuk menemukan Misi Hidupnya, mari bantu mereka untuk mengurai masalahnya, merancang kehidupan yang baik (the good life – hayatun thoyyibah) dan bahagia selaras fitrah untuk setiap dimensi fitrahnya.[ind]
Sumber:
https://www.facebook.com/harry.hasan.santosa/posts/10221033731023083