ChanelMuslim.com – Childfree menurut pandangan Islam. Akhir-akhir ini, kita diramaikan dengan statement dari beberapa selebritis dengan istilah child free, yaitu “keputusan untuk tidak memiliki anak walau mereka sudah menikah.”
Oleh: Ustaz Faisal Kunhi, M.A.
Melansir dari Cambridge Dictionary, child-free adalah istilah yang dipakai untuk merujuk pada orang-orang yang memilih untuk tidak memiliki anak, atau tempat dan situasi tanpa anak.
Mereka yang menganut paham child free mengatakan bahwa keputusan ini adalah hak mereka sebagaimana orang memutuskan untuk mempunyai anak.
Di antara faktor yang menyebakan seseorang mengambil keputusan tidak memilki anak adalah ketidaksiapan untuk menafkahi anak, terlebih di saat pandemi seperti ini.
Ada juga yang mengatakan mereka tidak siap untuk mendidik buah hatinya untuk menjadi generasi yang lebih baik, dan ada juga yang mengatakan karena dunia telah mengalami over populasi.
Benarkah dunia telah mengalami kelebihan penduduk? Kalau memang seperti itu, mengapa saat ini negara-negara di Eropa justru sedang gencar menaikkan angka kelahiran di negaranya.
Seperti yang dilansir oleh BBC pada Oktober 2019 silam, negara-negara seperti Finlandia, Estonia dan Perancis justru memberikan tunjangan yang besar agar warganya mau memiliki anak.
Baca Juga: Childfree Menurut Psikolog dan Ustaz
Child Free Menurut Pandangan Islam
Lalu bagaimana Islam melihat fenomena ini?
Keputusan untuk tidak memiliki anak setelah menikah tentunya ini tidak sesuai dengan tujuan pernikahan, karena di antara tujuannya adalah melahirkan generasi yang shalih dan shalihah guna memakmurkan bumi yang telah Allah wariskan kepada orang-orang yang beriman.
Bahkan di antara sifat wanita yang diperintahkan untuk dinikahi adalah wanita yang shalihah, sebagaimana yang tertulis dalam hadist berikut ini:
عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ إِنِّى أَصَبْتُ امْرَأَةً ذَاتَ حَسَبٍ وَجَمَالٍ وَإِنَّهَا لاَ تَلِدُ أَفَأَتَزَوَّجُهَا قَالَ « لاَ ». ثُمَّ أَتَاهُ الثَّانِيَةَ فَنَهَاهُ ثُمَّ أَتَاهُ الثَّالِثَةَ فَقَالَ « تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ فَإِنِّى مُكَاثِرٌ بِكُمُ الأُمَمَ »
Dari Ma’qil bin Yasaar, ia berkata, “Ada seseorang yang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata,
“Aku menyukai wanita yang terhormat dan cantik, namun sayangnya wanita itu mandul (tidak memiliki keturunan). Apakah boleh aku menikah dengannya?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak.”
Kemudian ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk kedua kalinya, masih tetap dilarang.
Sampai ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketiga kalinya, lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Nikahilah wanita yang penyayang yang subur punya banyak keturunan karena aku bangga dengan banyaknya umatku pada hari kiamat kelak.” (HR. Abu Daud no. 2050 dan An Nasai no. 3229. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits tersebut hasan)
Berdasarkan hadist di atas, jika menikah dengan niat tidak memilki anak dibolehkan, maka pastilah Nabi membolehkan seseorang untuk menikah, yang sudah jelas bahwa dia mandul sebelum ia menikahinya.
Andai pemahaman child free ini meluas dan merasuk kepada putra-putri kita, lalu mereka mengambil keputusan untuk tidak memiliki keturunan usai mereka menikah, maka kita akan mengalami apa yang dialami oleh masyarakat Jepang;
mereka lebih memilih untuk memelihara anjing daripada memiliki anak, bahkan ada sebuah daerah yang sekolah dasarnya tutup karena tidak ada lagi anak-anak di sana.
Kini orang tua lebih banyak di Jepang dari anak muda, pemerintah telah melakukan berbagai macam usaha agar rakyatnya semangat memilki keturunan dengan melegalkan pornografi, namun hasilnya nihil.
Memilki anak dalam Islam dan mendidiknya dengan sabar adalah ibadah yang luar biasa, yang bisa menghantarkan pelakunya ke surga-Nya, terlebih jika mereka diamanahkan anak perempuan.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
جَاءَتْنِى امْرَأَةٌ وَمَعَهَا ابْنَتَانِ لَهَا فَسَأَلَتْنِى فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِى شَيْئًا غَيْرَ تَمْرَةٍ وَاحِدَةٍ فَأَعْطَيْتُهَا إِيَّاهَا فَأَخَذَتْهَا فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهَا شَيْئًا ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ وَابْنَتَاهَا فَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فَحَدَّثْتُهُ حَدِيثَهَا فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « مَنِ ابْتُلِىَ مِنَ الْبَنَاتِ بِشَىْءٍ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ»
“Ada seorang wanita masuk ke tempatku dan bersamanya ada dua anak gadisnya. Wanita itu meminta sesuatu.
Tetapi aku tidak menemukan sesuatu apa pun di sisiku selain sebiji kurma saja. Lalu aku memberikan padanya. Kemudian wanita tadi membaginya menjadi dua untuk kedua anaknya itu, sedangkan ia sendiri tidak makan sedikit pun dari kurma tersebut. Setelah itu ia berdiri lalu keluar.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke tempatku, lalu saya ceritakan hal tadi kepada beliau. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,
“Barangsiapa yang diberi cobaan sesuatu karena anak-anak perempuan seperti itu, lalu ia berbuat baik kepada mereka maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang untuknya dari siksa neraka.” (HR. Bukhari, no. 5995)
Baca Juga: Persimpangan Fitrah yang Bernama Ibu dan Dengungan ‘Childfree’
Anak adalah Investasi Hari Tua
Anak adalah investasi hari tua kita, karena tidak ada yang membuat hati kita senang saat kita sudah renta kecuali melihat mereka ta’at kepada Allah.
Lalu apa yang dilihat oleh mereka yang memutuskan untuk tidak memilki keturunan? Walau mereka bisa membayar orang untuk mengurus mereka saat mereka tidak berdaya, tetapi tentunya ada perasaan yang berbeda ketika yang mengurus kita adalah anak kita sendiri.
Anak adalah investasi akhirat, sebab setiap ibadah yang mereka lakukan akan mengalir ke kubur kita.
Anak adalah tabungan akhirat saat kita sudah terbujur kaku, maka setiap lantunan istighfar yang mereka hadiahkan untuk kita akan membuat derajat kita diangkat oleh Allah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ أَنَّى لِيْ هَذَا فَيُقَالُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
Ada seorang lelaki yang kedudukannya terangkat di syurga kelak.” Ia pun bertanya,”Bagaimana ini?” Maka dijawab: “Lantaran istighfar anakmu.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Di antara hal yang paling bermanfaat di alam barzakh adalah doa anak yang shalih, karena seorang mayit di kuburnya seperti orang yang sedang tenggelam.
Orang yang sedang tenggelam tidak akan mau ditawarkan uang dan emas, yang ia inginkan hanya ban bekas;
begitu juga jenazah, yang ia harapkan dari anak-anaknya hanyalah doa yang tulus, karena itu yang bisa melapangkan dan menerangkan kuburnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Demikian beberapa keutamaan memiliki keturunan dalam Islam; karenanya mereka yang memutuskan untuk tidak memilki keturunan akan terhalang untuk mendapatkannya dan mereka akan merugi di dunia dan terlebih lagi saat mereka di akhirat.
Baca Juga: Mencermati Fenomena ‘Childfree’
Setiap Anak Sudah Memiliki Rezekinya
Setiap anak sudah ada rizqinya, karenanya Allah melarang kita untuk membunuh mereka karena khawatir tidak bisa memberi makan mereka; dan itu juga yang menjadi kekhawatiran penganut paham child free.
Allah berfirman,
“وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ ۖ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ ۚ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami-lah yang akan memberi rizqi kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (al-Isrâ’/17:31)
Rizqi bayi itu sangat dekat, bahkan hanya dengan menangis, air susu susu ibu mengalir deras memenuhi perut mereka yang lapar; karenanya jangan pernah takut untuk tidak bisa memberi makan anak-anakmu.
Jika memberi makan gajah yang besar saja begitu mudah bagi Allah, maka memberi makan manusia tentunya lebih mudah lagi bagi-Nya;
karenanya jangan bunuh anak-anakmu dengan tidak mengharapkan kehadirannya di muka bumi ini, padahal kehadiran mereka akan menjadi tongkat estafet kemuliaan Islam dan kaum muslimin.[ind]