KISAH akhir hidup Bung Tomo, pahlawan nasional, yang wafat di tanah suci ini mungkin tak banyak orang yang mengetahuinya.
Dalam tulisan berjudul “Di Tanah Suci Sang Pahlawan Kembali”, Uttiek M. Panji Astuti menulis tentang kisah Bung Tomo yang pergi haji dalam keadaan sakit dan akhirnya wafat di tanah suci.
Matanya memerah dan terlihat sayu. Kantong matanya berwarna gelap. Bibirnya kering. Tubuhnya terlihat lemah. Dengan lirih, ia berbisik, “Masih punya uang untuk pulang?”
“Sudah, yang penting sembuh dulu,” jawab istrinya pilu. Sosok suami yang biasa tegar dengan sorot mata tegas, kini terlihat tak berdaya.
Tak lama, dokter memanggil dan menginformasikan kalau sang suami akan disafari-wukufkan, dibawa ke Arafah dengan menggunakan ambulans.
“Tapi, bagaimana dengan kondisinya yang lemah, Dok?” tanya istrinya memastikan.
“Semua pasien akan dibawa ke Arafah. Karena wukuf hukumnya wajib. Supaya hajinya sempurna,” jelas dokter.
Hari itu rupanya menjadi hari terakhir Sulistina, sang istri, melihat suaminya, Bung Tomo, pahlawan pengobar semangat arek-arek Surabaya yang pekik takbirnya melegenda.
Dalam buku Bung Tomo Suamiku (2008), Sulistina mengisahkan kalau sedianya mereka tidak punya uang untuk pergi haji.
Namun setelah Bung Tomo menemui Dirjen Haji, mereka sekeluarga bisa berangkat dan Bung Tomo diberi amanah untuk memimpin kloter.
Di Tanah Suci, Bung Tomo mengalami dehidrasi akut lalu jatuh sakit dan dilarikan ke rumah sakit di Jeddah.
Hingga Hari Arafah, 7 Oktober 1981, tiba. Seluruh jamaah haji tanpa kecuali berduyun-duyun memadati tanah Arafah.
Ambulans hilir mudik membawa jamaah yang sakit. Tak ada yang boleh melewatkan momen wukuf.
Ibarat kata, mereka yang sudah sakit parah dan tinggal mengedipkan mata pun, akan difasilitasi untuk bisa melaksanakan rukun haji yang paling penting ini.
Di saat langit Arafah dibuka. Ketika semua doa diijabah. Ketika segala pertaubatan diterima, malaikat maut menjemput Sang Pahlawan.
Innalillahi wa innailaihi rojiun.
Yā ayyatuhan-nafsul-muṭma`innah
Irji’ī ilā rabbiki rāḍiyatam marḍiyyah
Fadkhulī fī ‘ibādī
Wadkhulī jannatī
Hai jiwa yang tenang.
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai.
Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku
Masuklah ke dalam surga-Ku.
Baca Juga: Siapakah Sebenarnya Bung Tomo itu?
Kisah Akhir Hidup Bung Tomo yang Wafat di Tanah Suci
View this post on Instagram
Adakah yang lebih diinginkan manusia selain bertemu Rabb-Nya dalam keadaan berihram dan bertalbiah di padang Arafah? Sungguh sebuah kemuliaan sedang diperlihatkan.
Empat bulan kemudian, tepatnya 3 Februari 1982, peti jenazah Bung Tomo tiba di Surabaya.
Tercatat, jenazah Bung Tomo adalah satu-satunya jenazah jemaah haji yang wafat di Tanah Suci dan dikembalikan ke Tanah Air.
Hari ini, 10 November, bangsa Indonesia mengenang jasanya.[ind]