ChanelMuslim.com- Belakangan ini marak di media sosial tentang istilah ‘childfree’. Sebuah istilah yang sangat aneh, jika tidak mau dibilang kurang manusiawi.
‘Child Free’ merupakan suasana berumah tangga yang tidak dibebani keinginan memiliki anak. Mereka memang bersuami isri. Tapi, tidak ingin dibebani dengan keinginan atau cita-cita untuk memiliki anak. Apakah keinginan datang dari salah satu pihak, atau dari pihak luar seperti orang tua dan lainnya.
Inilah fenomena yang bisa dibilang sebagai fenomena miskin tanggung jawab, selain tentunya karena kedangkalan memahami makna keluarga.
Berumah tangga itu bukan karena tuntutan status, seperti halnya ijazah, sertifikat, surat izin, dan sejenisnya.
Berumah tangga itu merupakan cita-cita besar suami istri untuk memuliakan umat manusia. Yaitu, dengan menjadi sumber atau penerus nasab bagi kelahiran umat manusia. Karena dengan begitulah umat manusia hadir terhormat. Bukan muncul dari lingkungan antah berantah.
Berumah tangga juga sebagai upaya mulia untuk menjaga estafeta kelahiran dan kehadiran umat manusia. Kelahiran merupakan persiapan diserahkannya tongkat estafeta ke generasi berikutnya.
Secara matematis bisa digambarkan jika suami istri sama-sama bersemangat untuk tidak punya anak. Satu tambah satu yang sedikitnya menghasilkan satu, berubah menjadi nol. Maka hanya soal waktu saja, sebuah bangsa akan mengalami krisis penduduk.
Seperti itulah yang kini dialami sebagian bangsa di Eropa. Swiss misalnya yang mengundang warga negara lain untuk menetap di sana, hingga anak-anak yang akan lahir itu akan menjadi warga sana.
Negara ini pun siap memfasilitasi kebutuhan normal sebuah keluarga, termasuk biaya yang diperlukan. Hal itu semata-mata untuk menjaga keberadaan penduduk di sana.
Hal yang sama juga terjadi di negara-negara lain di luar Eropa. Seperti di Jepang, Korea, Hongkong, dan lainnya. Bahkan Singapura pernah menawarkan hadiah lumayan untuk suami istri yang melahirkan anak.
Boleh jadi, fenomena ‘child free’ sengaja dihembuskan ke negeri ini karena motif lain. Yaitu, kekhawatiran pihak-pihak tertentu tentang posisi Indonesia sebagai negeri muslim terbesar di dunia.
Misi busuk ini seperti formula racun yang disuntikkan ke generasi muda. Seolah sebuah tawaran menggiurkan, berumah tangga tanpa beban.
Namun dalam kurun tiga puluh tahun mendatang, suami istri ini akan merasakan dampaknya. Tak akan ada keturunan yang akan mengurus mereka. Kecuali, rumah-rumah jompo. Atau, hidup terlantar sebatang kara.
Berhati-hatilah dengan fenomena yang datang dari luar sana. Bukan datang dari ajaran Islam. Bukan datang dari budaya ketimuran kita. Karena tampilan luar saja yang menarik, tapi isinya sangat mencekik. [Mh]