SEBELUM menjadi Nabi, Muhammad adalah seorang suami, pemimpin pasukan perang, hakim, dan pemimpin umat Islam. Dalam Al Qur’an, Allah telah menggambarkan Nabi Muhammad sebagai teladan yang harus kita tiru dan ikuti dalam setiap aspek kehidupan.
Baca Juga: Hukum Tidak Mempercayai Adanya Keturunan Nabi Muhammad
Sebelum Menjadi Nabi, Muhammad hanya Menikah dengan Khadijah hingga Kematiannya
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. 33:21)
Dia memainkan banyak peran selama hidupnya, tetapi satu-satunya peran yang dia ambil sejak usia muda, dan yang tetap dilakoninya sampai kematiannya pada usia 63, adalah peran seorang suami.
Pernikahan memainkan peran sentral selama hidupnya. Allah menetapkan pernikahan sebagai sarana baginya untuk mendapatkan stabilitas keuangan dan keamanan (melalui kekayaan istrinya yang berlimpah, Khadjiah); untuk membesarkan anak-anak mudanya (dengan menikahi Saudah setelah kematian Khadijah); untuk membentuk penghubung penting (salah satunya dengan menikahi Ummu Habibah); untuk menetapkan hukum Islam (menikahi sepupunya Zainab menghapuskan kebiasaan Arab yang melarang menikahi seorang janda cerai dari anak yang diadopsi); dan untuk menyebarkan pesan Islam lebih jauh dan luas (istri mudanya A’ishah menyebarkan lebih dari 2000 hadits, dan unggul dalam pengetahuan tentang hukum syariat, terutama yang terkait dengan keintiman seksual dan najis).
Namun, sebelum Muhammad menjadi Nabi Allah dan pembawa risalah Islam, ia menikah hanya sekali, dengan seorang wanita tua yang telah menjanda dua kali yaitu Khadijah.
Meskipun hidup dalam masyarakat yang sangat misoginis dan patriarki di mana laki-laki melakukan apa pun yang mereka inginkan dan perempuan ditindas, dieksploitasi dan dibunuh juga diabaikan secara terbuka; di mana pria menikahi sejumlah wanita tanpa batas sesuai dengan keinginan dan fantasi mereka, Muhammad tetap murni sebagai seorang pria muda, menikah hanya setelah seorang wanita yang lebih tua melamarnya melalui orang ketiga, dan walinya memberi dia lampu hijau.
Menjadi seorang klan Arab yang berpengaruh dan terhormat, Muhammad bisa menikahi banyak wanita jika dia mau.
Di usia 25-40; periode ketika hasrat seksual pria muda memuncak, Muhammad tetap menikah hanya dengan Khadijah sampai kematian khadijah.
Bayangkan seorang pria muda yang tergabung dalam keluarga kaya, berpengaruh, dan berkelas tinggi hanya menikah dengan satu orang wanita.
Dewasa ini, mengambil pilihan seperti itu untuk dirinya sendiri rasanya sangat jarang, karena kita semua tahu bagaimana seorang pria menginginkan variasi, keturunan, dan ‘kebebasan’ wanita dari tanggung jawabnya pada usia ini.
Bayangkan Muhammad menikahi seorang wanita berusia 40 tahun pada usia 25, dan tetap setia padanya sampai usia 43, tidak pernah selingkuh sekali pun dengan wanita lain.
Selain kesucian, kesetiaan, dan kesetiaannya kepada satu istri yang ia miliki selama dua pertiga pertama hidupnya, kualitas Nabi yang bersinar sebagai suami yang lebih tua dari semua istri lainnya, juga menjadi nyata selama 20 tahun terakhir hidupnya. [Maya/Aboutislam.net/Cms]