KETIKA suami istri mulai saling curiga terhadap pasangannya, sebagian masalah keluarga pun berawal dari rasa percaya yang terluka.
@abun_nada menulis, rasa curiga muncul karena sebab yang berbeda-beda. Rasa curiga tidak selalu dipicu adanya orang ketiga. Orang ketiga juga tak selalu bermakna selingkuhan semata.
Mertua bisa dianggap sebagai orang ketiga, ketika suami atau istri merasa pasangannya lebih memperhatikan orang tua daripada dirinya.
Demi merawat cinta, pasangan suami istri memang sepatutnya menenggang rasa dan saling percaya.
Masalahnya, rasa percaya itu mesti dibangun di atas dasar apa? Sebab, tidak mungkin hanya dengan instruksi, “Percayalah sama saya!”
Mari kita renungkan nasihat Nabi agar kita memilih jodoh dengan mengutamakan sisi agama. Orang yang baik agamanya, niscaya akan lebih mudah dipercaya.
Sebab, dia sadar, dirinya tak pernah lepas dari pengawasan Allah Ta’ala.
Baca Juga: Suami Istri Bermesraan pada Siang Hari di Bulan Ramadan
Ketika Suami Istri Mulai Saling Curiga
Mungkin ada yang menyela, “Tapi, banyak tuh orang yang kelihatan baik agamanya, eh, ternyata berkhianat juga? Gimana coba…?”
Baik dengan tampak baik jelas berbeda. Betapa banyak penampakan yang tidak menggambarkan hakikat isinya. Baiknya agama seseorang tidak bisa dinilai hanya dari penampilan saja.
Namun, mesti dilihat dari pembawaan sehari-hari bersama orang-orang dekatnya. Bersama orang dekat, karakter asli seseorang cenderung muncul apa adanya.
Orang yang takut pada Allah Ta’ala, niscaya tak akan berani menzhalimi sesama. Sebab, dia yakin setiap kezhaliman pasti ada perhitungannya.
Dia akan berhati-hati, karena batas kezhaliman seringkali menjadi samar ketika amarah dan syahwat sedang menjajah jiwa.
Jika untuk merawat cinta butuh rasa saling percaya, maka ketika hendak melangkah menuju gerbang rumah tangga, kita pilih orang yang takut pada Allah Ta’ala.
Sebab, orang yang tidak berani mengkhianati Rabb-Nya, dia akan cenderung bisa dipercaya.[ind]