ChanelMuslim.com – Sebelum menjadi pondok pesantren yang besar dan tersebar di Indonesia, Darunnajah memiliki sejarah berdirinya yang panjang. Semua itu dimulai pada tahun 1942, yang mana saat itu, K.H. Abdul Manaf Mukhayyar mempunyai sekolah Madrasah Al-Islamiyah di Petunduhan Palmerah.
Baca Juga: Pendiri Pondok Pesantren Darunnajah, Kiai Mahrus Amin Meninggal Dunia
Lima Periode Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah
Dilansir laman darunnajah.com, bahkan sejarah Darunnajah terbagi ke dalam lima periode.
Periode pertama, yaitu periode cikal bakal pada tahun 1942-1960. Pada tahun 1959, tanah dan madrasah tersebut digusur untuk perlunasan komplek Perkampungan Olahraaga Sea Games, yang sekarang dikenal dengan komplek Olahraga Senayan. Demi melanjutkan cita-citanya, maka diusahakanlah tanah di Ulujami.
Tahun 1960, didirikan Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Islam (YKMI) dengan tujuan agar di atas tanah tersebut didirikan pesantren. Periode inilah yang disebut dengan periode cikal bakal, sebagai modal pertama berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah.
Kedua, periode rintisan tahun 1961-1973. Pada tahun 1961, K.H. Abdul Manaf membangun gedung madrasah enam lokal di atas tanah wakaf.
Ide mendirikan pesantren didukung oleh H. Kamaruzzaman yang saat itu sedang menyelesaikan kuliahnya di Yogyakarta. Sementara itu, pengelolaan pendidikan diserahkan kepada K.H. Mahrus Amin, alumnus KMI Gontor yang mulai menetap di Jakarta pada tanggal 2 Februari 1961.
Namun, pendidikan belum bisa dilaksanakan di Ulujami karena banyaknya hambatan, tetapi dilaksanakan di Petukangan bersama beberapa tokoh masyarakat, diantarannya Ustaz Abdillah Amin dan H. Ghozali, berkerjasama dengan YKMI.
Tanggal 1 Agustus 1961, K.H. Mahrus Amin mulai membina madrasah Ibtidaiyah Darunnajah dengan jumlah siswa sebanyak 75 orang dan tahun 1964 membuka Tsanawiyah dan TK Darunnajah.
Para periode ini, meskipun pesantren yang diharapkan belum terwujud, tetapi dengan usaha-usaha tersebut, yayasan telah berhasil mempertahankan tanah wakaf di Ulujami dari berbagai rongrongan, antara lain BTI/PKI saat itu.
Periode ketiga adalah periode pembinaan dan penataan pada 1974-1987.
Tanggal 1 April 1974, dicobalah untuk ke sekian kalinya mendirikan Pesantren Darunnajah di Ulujami. Mula-mula Pesantren mengasuh 3 orang santri, sementara Tsanawiyah Petukangan dipindah ke Ulujami untuk meramaikannya.
Baru pada tahun 1976, Madrasah Tsanawiyah Petukangan dibuka kembali dan secara berangsur, Pesantren Darunnajah Ulujami hanya menerima anak yang mukim saja, kecuali anak Ulujami yang boleh pulang pergi.
Bangunan yang pertama didirikan adalah masjid dengan ukuran 11 X 11 m dan beberapa lokal asrama. Bangunannya meskipun sederhana, tetapi sudah sesuai dengan master plan yang dibuat oleh Ir. Ery Chayadipura.
Pada awal pembangunannya, seluruh santri selalu dilibatkan untuk membantu kerja bakti. Pada periode inilah ditata kehidupan di Pesantren Darunnajah dengan sunnah-sunnahnya.
Baca Juga: Antusias Santri Ponpes Darunnajah Ikuti Program Pengabdian Masyarakat
Periode Pengembangan dan Dewan Nazir
Periode keempat ada periode pengembangan tahun 1987-1993. Pada periode ini, Darunnajah mulai melebarkan misi dan cita-citanya, mengajarkan agama Islam, pendidikan anak-anak fuqara’ dan masakin dan bercita-cita membangun seratus Pondok Pesantren Modern.
Masa inilah, saat memancarkan pancuran kesejukan ke penjuru-penjuru yang memerlukan.
Periode kelima, yaitu periode Dewan Nazir tahun 1994 s.d. sekarang.
Perjalanan sejarah Pesantren Darunnajah yang relatif lama telah menuntut peraturan kesempurnaan untuk menjadi lembaga yang baik.
Belajar dari perjalanan pondok pesantren di Indonesia dan melihat keberhasilan lembaga Universitas Al-Azhar Cairo Mesir, yang telah berumur lebih 1000 tahun lamanya, Yayasan Darunnajah yang memayungi segala kebijakan yang telah berjalan selama ini, berusaha merapikan dan meremajakan pengurus yayasan.
Dengan niat yang tulus dan ikhlas, wakif tanah di Ulujami Jakarta, K.H. Abdul Manaf Mukhayyar, Drs.K.H. Mahrus Amin, dan Drs.H. Kamaruzzaman Muslim yang ketiganya mengatasnamakan para dermawan untuk wakaf tanah di Cipining Bogor seluas 70 ha, mengikrarkan wakaf kembali di hadapan para ulama dan umara dalam acara nasional di Darunnajah pada tanggal 7 Oktober 1994.
Dalam acara tersebut, wakif menguraikan niat dan cita-citanya mendirikan lembaga ini di atas sebuah piagam wakaf yang ditandatangani oleh para pemegang amanat, Dewan Nazir dan Pengurus Harian Yayasan Darunnajah yang disaksikan oleh para tokoh masyarakat dan ormas di Indonesia.
Pada tahun 2017, seperti yang dilansir dari laman resminya, Pondok Pesantren Darunnajah memiliki 17 cabang dan 57 satuan pendidikan yang tersebar di Sumatra, Tangerang, Bogor, Jakarta, dan Banten. [Cms]