ChanelMuslim.com – Hampir 50% masalah parenting yang masuk ke inbox kami berkaitan dengan mertua. Hal ini membuat saya berfikir dan kemudian menelaah kembali diri sendiri.
Walau mungkin masih lama, (jika Allah berkenan panjangkan umur saya, Amin) kelak saya akan menjadi mertua seperti apa?
Walau kita mungkin punya bayangan, nanti kita akan menjadi seperti ini dan itu, yang tidak akan begini dan begitu. Hal ini, biasanya tumbuh dari rasa ketidakpuasan kita terhadap mertua. Walau tidak dipungkiri, ada juga segelintir orang yang super beruntung dan akur ayem sama mertuanya.
Baca Juga: Momen Pertemuan Aurel Hermansyah dengan Mertua di Turki
Masalah Parenting dan Mertua
Percayalah, sebaik apapun kita menyiapkan diri, namanya manusia, zaman yang sudah berubah, pasti ‘terbaiknya’ kita juga akan ada kritikan dan sarannya.
Menjadi mertua dimulai dengan menjadi orang tua. Tipe orang tua yang seperti apakah kita? Yang sabar? Yang tahan melihat sesuatu terjadi di luar keinginan? Mampu bertahan dengan kekurangan dan kesalahan? Karena, semua hal itu adalah bibit untuk menjadi mertua idaman.
Alhamdulillah saya mempunyai mertua yang baik. Namun, saya sekarang lebih memperhatikan, sedang mengalami, menjalani dan melihat sendiri, bagaimana sikap orang tua saya menjadi mertua pada menantunya, dan semua yang mereka lakukan menjadi pelajaran yang luar biasa dalam hidup saya.
Namun, mertua pertama yang saya kenal, sebelum menjadikan kedua orang tua saya mertua, adalah almarhum nenek saya, dan dalam diam, saya mempelajari dan sangat mengaguminya. Semoga Allah melapangkan kuburnya.
Nenek sangat ikut campur menentukan jenis menantu yang kelak akan mendampingi buah hati-buah hatinya. Dari ibu saya, saya mengetahui bahwa jika seseorang sudah disetujui untuk menjadi calon menantu pada nenek, beliau akan panggil orang tersebut dan mengajaknya bicara baik-baik, empat mata.
Dalam pembicaraan itu, nenek akan jelaskan bagaimana budaya keluarga kami, apa saja yang diharapkan dari menantu, dan tentu saja kelebihan dan kekurangan anaknya, yang kelak akan menjadi pendamping orang tersebut, seumur hidupnya.
Dengan demikian, sedikit banyaknya, calon anggota baru yang akan menjadi bagian dari keluarga ini, sudah mendapatkan cukup informasi tentang bagaimana keluarga kami ‘beroperasi’ dan kelak apa yang diharapkan dari mereka nanti, ketika mereka bergabung menjadi anggota keluarga kami.
Tentu saja, mengetahui lebih baik dari tidak tahu. Setidaknya, orang tersebut, masih punya waktu berfikir untuk melanjutkan atau tidak dan atau mempersiapkan diri untuk masuk ke keluarga besar kami.
Dibandingkan dengan orang yang masuk tanpa ba bi bu, dan hanya perkenalan sebentar, persiapan pernikahan, dan kemudian terkaget-kaget dengan segala sesuatunya kemudian, lalu timbullah rasa penyesalan, kecewa atau frustasi. Terlambat.
Tentu saja, semua hal yang berkaitan dengan nenek, bisa jauh lebih baik dijabarkan oleh ibu dan para tante dan om saya. Tapi biarlah, sebelum mereka sempat menuliskan, ini adalah sedikit sudut pandang saya tentang nenek saya sebagai mertua.
Nenek saya punya anak enam. Saya mulai mengamati beliau sebagai mertua, sejak saya SMP, tentunya mertua kepada ayah saya, karena ibu saya anak pertama. Lalu perlahan-lahan, semakin saya membesar, saya terus mengamati beliau dibarengi dengan bertambahnya menantu-menantunya.
Setahu dan seingat saya, nenek saya tidak pernah terlalu ikut campur urusan perkawinan anaknya. Jika ia sudah menyetujui pasangan anaknya, ia memberikan mereka ‘ruang’ untuk berkembang dan saling mempelajari pasangannya tanpa banyak intervensi.
Nenek saya hanya memberikan nasihat, dan mengintervensi jika dianggap perlu. Adapun jika anaknya mengadu tentang pasangannya, nenek saya akan mencoba menyabarkan anaknya, dan jika dilihat perlu, maka ia akan dengan bijaksana memanggil menantunya, dan bicara baik-baik.. empat mata.
Hingga di ujung hayatnya, saya melihat nenek saya adalah orang tua yang disayang oleh anak dan menantu, dicintai oleh cucu-cucu. Tidak banyak ngomel dan ngatur, yang ada membelai dan menasihati. Baik pada kami cucunya, maupun pada anak dan menantu.
Buat saya, itu gambaran yang sangat baik tentang bagaimana seharusnya seseorang menjadi mertua. Tentunya, selain dari orang tua saya yang hingga hari ini terus menjadi tauladan tiada henti tentang bagaimana menjadi ‘orang tua kedua’ pasangan saya.
Masha Allah Tabarakallah…
Jadi, bagi yang bermasalah dengan mertua, bersabarlah. Mengharapkan mereka berubah, hampir tidak mungkin, kecuali Allah mengirimkan mukjizat-Nya.
Lalu apa yang bisa kita lakukan?
Kita bisa menerima, karena mau tidak mau, mertua adalah satu paket dengan pasangan kita. Paket yang tidak bisa dipisah-pisah. Sembari kita yang MENGUBAH diri sendiri dalam menghadapi mereka. Teruskan berdoa, doakan yang baik untuk mereka, bukan sebaliknya.
Bukankah jika doa kita diijabah, yang kecipratan kegembiraan juga kita sendiri?
Selain dari itu, waktu berlalu sangat cepat. Tanpa disadari, si bayi sudah masuk SD tahun ini, si kakak sudah selesai SMP dan abang memilih kampus dan jurusan yang akan ia minati. Sebentar lagi.. kita harus bersiap jadi calon mertua…
Sudah punya bekal apa?
Dimulai dari hari ini Insha Allah ya.
Sabar dan jadi orang tua yang lebih baik dari kemarin. Semoga dengan demikian, Allah mempermudah hidup kita sekarang dan nantinya, baik untuk keluarga sendiri, maupun untuk calon keluarga nanti.
Amin, amin ya rabbal alamin.
Mertua, oh mertua..
Oleh: Wina Risman
March 2018
[ind]