CERITA tentang sedekah perasaan ini dikisahkan oleh Randy Ariyanto dari Komunitas Rumah Pintar Aisha. Entahlah siapa yang menuliskannya. Semoga mendapatkan amal jariah dari tulisan yang dibagikan.
Bunda, tulisan ini sangat menarik untuk kita simak. Syekh Ali Thanthawi menceritakan dialog beliau dengan anaknya.
Semalam, aku melihat anak gadisku mengambil sedikit nasi ditambah dengan beberapa sayur buncis. Ia meletakkannya di atas piring kaleng.
Setelah itu, ia tambahkan lagi beberapa potong terong, mentimun dan beberapa butir kacang polong. Selanjutnya, ia bergegas keluar rumah.
Aku segera mencegat dan bertanya, “Untuk siapa makanan ini?”. “Ini untuk satpam penjaga rumah, nenek menyuruhku melakukan ini,” jawabnya.
Lalu Aku berkata, “Coba ambil satu buah piring kaca, letakkan semua makanan ini di atasnya, dan atur letaknya dengan bagus. Setelah itu letakkan piring ini di atas baki, dan sertakan dengannya sendok-garpu dan segelas air.”
baca juga: Samudra Sedekah dalam Kehidupan
Mengajari Anak Sedekah Perasaan
Anak gadisku segera melaksanakan sesuai arahanku dan mengantarkan makanan itu kepada satpam rumah. Saat ia kembali, ia bertanya, “Kenapa Abah menyuruhku melakukan hal itu?”
Aku menjawab, “Makanan itu sedekah dengan “harta”, sedangkan menyajikannya dengan indah itu adalah sedekah dengan “perasaan”.
“Sedekah yang pertama dapat memenuhi perut, sedangkan yang kedua memenuhi hati.”
Sedekah dengan harta akan menimbulkan perasaan di hati satpam bahwa ia seorang peminta-minta yang kita beri sisa-sisa makanan.
Adapun sedekah dengan perasaan akan menimbulkan rasa bahwa ia adalah teman akrab kita atau tamu kita yang terhormat.
Di sana ada perbedaan yang amat signifikan antara pemberian dengan harta dan pemberian dengan jiwa. Pemberian dengan jiwa, besar nilainya di sisi Allah dan di dalam perasaan orang yang menerima sedekah.”
Bunda, dari tulisan di atas, kita bisa mengambil hikmahnya. Masih banyak orang mempersepsikan bahwa sedekah itu hanyalah harta padahal senyum itu sedekah, membuat hati orang nyaman juga sedekah.
Saat kita bertemu orang lalu kita tersenyum, kita sudah sedekah perasaan. Sebab dengan senyum kita, perasaan orang lain menjadi lebih bahagia.
Lalu membuat orang tertawa juga sedekah, asalkan yang kita sampaikan bukan cerita bohong, bukan ghibah, bukan pula cerita lain yang menyebabkan dosa.
Saat memberi makanan disertai senyuman itu juga sedekah. Saat memiliki kebun di tepi jalan lalu kita rawat kebun itu sehingga indah dipandang mata maka itu juga sedekah perasaan.
Saat punya mobil, lalu kita rapikan mobil dan kita beri wewangian agar orang yang ada di dalamnya nyaman juga sedekah perasaan.
Masih banyak lagi yang bisa kita lakukan untuk memperbanyak pahala kita kelak.
Bunda, kita perlu mengajari anak-anak kita bukan hanya sedekah harta. Kita perlu mengajari mereka merawat bunga/tanaman agar indah dipandang orang lain.
Kita perlu mengajari mereka memberi sesuatu kepada orang lain dengan senyuman. Kita ajari anak berbagi barang yang bagus kepada orang lain.
Jikapun harus menolak peminta misalnya, kita harus mengajari anak untuk menolak dengan cara yang baik. “dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah kamu menghardiknya.” (QS. Ad-Duha: 10).[ind]