BANYAK orangtua yang tidak perhatian dengan dampak buruk prank yang dilakukan oleh mereka kepada anak-anaknya.
Trend orangtua yang melakukan prank kepada anak-anak banyak bermunculan di FYP (For You Page) media sosial. Meskipun trend ini sempat terjadi beberapa bulan silam, namun kali ini kembali lagi dengan konten yang berbeda.
Seorang Ayah atau Ibu berpura-pura mengajak anaknya untuk membuat konten video bersama dengan smart phone. Namun, orangtua mereka justru membuat anak ketakutan dengan rekaman suara hantu dari smart phone tersebut.
Parahnya, setelah suara hantu itu muncul anak ditinggal sendirian di dalam ruangan dengan menutup pintu. Respon anak-anak tentunya menjerit ketakutan dan berusaha keras membuka pintu tersebut. Ini hanya satu contoh trend yang sedang berkembang.
Baca Juga: Angkat Kain Troso, Ina Priyono x Kain Ratu Meriahkan Semarang Fashion Trend 2022
Jangan Asal Ikut Trend, Kenali Dampak Buruk Prank Bagi Psikologis Anak
Trend prank kepada anak yang berlebihan ini sesungguhanya berdampak buruk pada psikologis mereka, di antaranya:
Anak Kehilangan Kepercayaan Kepada Orangtuanya
Dikutip dari berkeluarga.id, dampak buruk prank pada anak, yakni kehilangan kepercayaan kepada orangtua. Anak menjadi tidak percaya terhadap orangtua pasca mendapatkan prank.
Hal ini menyedihkan, lho. Pasalnya, orangtua adalah orang yang paling dipercayai anak-anak. Namun karena mendapatkan prank mereka jadi kehilangan kepercayaan tersebut.
Hal ini membuat anak jadi tidak percaya lagi terhadap orang lain. Karena mereka berasumsi “Bunda Ayah saja tidak bisa dipercaya apalagi orang lain?”
Hal ini berisiko mengganggu interaksi anak di masa depan dengan orang-orang di sekitarnya, di antaranya:
Anak Berpotensi Menjadi Pelaku Bullying
Dampak buruk prank juga bisa melahirkan sosok perundung. Karena anak yang sering dikerjai orangtuanya akan menirukan perilaku tersebut ke teman-temannya.
Hal ini bukan tanpa alasan, mereka cenderung tidak melampiaskan kemarahannya akibat di-prank orangtuanya. Namun, rasa kesal anak diarahkan kepada orang lain.
Bunda dan Ayah juga harus mengerti jika anak adalah peniru yang ulung. Jadi, beri contoh yang baik, ya.
Anak Menganggap Orangtua Bukan Sosok Panutan
Orangtua merupakan sosok panutan bagi anak-anak. Orangtua dianggap sebagai guru yang mengajarkan mengenai cara membedakan perbuatan yang boleh atau tidak dilakukan.
Jika orangtua melakukan prank secara tidak langsung mereka akan menganggap dirinya sebagai korban.
Hal ini akan menimbulkan ketidaknyamanan pada anak, dan menganggap orangtua bukanlah seorang panutan. Bahkan dampak paling buruk dari prank, anak merasa benci dengan keluarganya sendiri.
Anak Dapat Mengalami Trauma Hingga Dewasa
Prank juga dapat memberikan dampak buruk berupa trauma yang berkepanjangan. Rasa trauma sulit diobati dan bisa terbawa hingga mereka dewasa.
Karena anak mengalami peristiwa yang kurang menyenangkan, apalagi dengan memunculkan rasa kaget atau secara mendadak.
Rasa trauma ini akan berefek pada rasa takut berlebihan. Bahkan anak dapat memiliki gangguan tidur akibat perasaan takut tersebut.
Kadang trauma terhadap prank sering disangka sebagai hal yang ‘lebay’. Padahal rasa trauma ini efeknya sangat mengganggu. Apalagi bagi anak-anak.
Menurunkan rasa percaya diri anak
Biasanya orangtua melakukan prank dan merekam reaksi anak-anak yang sedang ketakutan atau kecewa atas hal yang diterimanya.
Tidak jarang hasil rekaman ini juga disebarluaskan di media sosial. Hal ini dapat menbuat anak merasa tidak percaya diri dan malu.
Meski usianya masih kecil, mereka juga seorang pribadi yang memiliki pikiran dan perasaan.
Jadi, selalu berhati-hati untuk tidak menyinggung perasaan anak. Karena prank biasanya membuat seseorang jadi bahan tertawaan.
Dampak buruk dari prank yang satu ini dapat menurunkan rasa percaya diri anak. Bahkan hingga mereka dewasa.
Bunda dan Ayah setelah mengetahui dampak buruk prank ini harus lebih berhati-hati ya. Jangan sampai kesenangan sementara dari prank ini bisa memberikan efek buruk jangka panjang bagi anak-anak. [Ln]