DALAM rangka menyambut kemerdekaan RI ke-78, pemerintah Indonesia menegaskan komitmen untuk mendukung perjuangan rakyat yang masih terjajah seperti Palestina.
Hal itu dinyatakan oleh Direktur Kawasan Timur Tengah Kemenlu RI, Bagus Hendraning Kobarsih dalam webinar yang digelar oleh KPIPA (Koalisi Perempuan Indonesia Peduli al Aqsa).
”Indonesia tetap berpegang pada prinsip sebagaimana alinea kedua Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan kemerdekaan adalah hak semua bangsa di atas dunia ini,” jelas Bagus.
“Prinsip itu dijaga sejak Presiden RI Soekarno hingga sekarang, tidak ada yang berubah. Termasuk isu normalisasi hubungan dengan Israel kita tidak pernah memikirkannya sebelum kemerdekaan dirasakan rakyat Palestina,” sambungnya.
Webinar dilaksanakan KPIPA bertepatan dengan milad ketiga dan diikuti 300 peserta dari seluruh Indonesia.
Rakyat Indonesia bersyukur atas rahmat kemerdekaan, namun merasakan kesedihan karena di era globalisasi informasi ini masih ada bangsa terjajah Palestina.
Beberapa pekan lalu masyarakat kota Jenin terpaksa mengungsi besar-besaran akibat serangan brutal zionis Israel.
Sepinya kutukan masyarakat dunia terhadap serangan zionis di Jenin selama tiga hari (3-5 Juli 2023) mengakibatkan 10 orang gugur, 100 orang terluka dan 20 orang ditawan, seakan mempertanyakan rasa solidaritas kita.
Mulai dari balita tiga tahun hingga lansia berusia 61 tahun menjadi korban. Alih-alih melakukan tindakan keras terhadap Israel, para pemimpin dunia bungkam dan senyap, seolah membiarkan ketidakadilan terus menimpa bangsa Palestina.
Selain menghadirkan narasumber dari Kemenlu RI sebagai pembicara kunci, narasumber lain adalah Syekh Ahmad Salim Ahmad Salathina, Direktur Lembaga Zakat di Jenin.
“Rakyat Palestina mengapresiasi dukungan pemerintah Indonesia atas perjuangan kemerdekaan Palestina dan solidaritas rakyat Indonesia seperti KPIPA. Kaum perempuan dan anak-anak memang menjadi pihak yang paling menderita, namun kita tidak pernah menyerah. Itu juga inspirasi kemerdekaan yang kita pelajari dari sejarah Indonesia,” ujar Ahmad Salim yang berlatar pendidikan psikllogi dari Universitas Najah.
Ketua KPIPA, Nurjanah Hulwani menyambut seruan solidaritas, ” Kekejian yang dilakukan Israel kepada warga Jenin merupakan kelanjutan program yahudisasi yang dilakukan zionis Israel. Dampaknya dirasakan langsung oleh anak dan perempuan yang semakin menderita. Menyuarakan duka Jenin dan kekejian penjajah zionis Israel adalah kepedulian yang paling minimal yang bisa kita lakukan.”
Sementara pembicara lain Dr. Shofwan Albanna dari Universitas Indobesia menjelaskan persamaan dan perbedaan penjajahan yang menimpa Indonesia di masa lalu dengan penjajahan zionis atas bangsa Palestina.
Penjajah zionus mempraktekkan politik apartheid, genosida, dan ethnic cleansing sejak tahun 1948 hingga sekarang.
Indonesia Menyambut 78 Tahun Merdeka dan Konsisten Mendukung Kemerdekaan Rakyat Palestina
Baca juga: KPIPA Ajak Umat Islam Kampanye Palestina Arah Perjuanganku
Associate Professor pada Jurusan Hubungan Internasional FISIP UI itu mengungkap dukungan internasional menentang penjajahan dan praktek anti kemanusiaan yang dilakukan Israel.
“Indonesia bisa membantu dengan melawan upaya normalisasi, menjelaskan fakta apartheid dan memboikot produk-produk Israel dan para pendukungnya. Bangsa penjajah ingin menguasai semua sumberdaya termasuk informasi. Kita harus menyuarakan fakta yang sebenarnya terjadi hingga hari ini,” tegas Shofwan.
Ketua Bidang Humas dan Jaringan KPIPA, Sri Vira Chandra, membuka mata peserta dengan menghadirkan fakta dan data kekejaman Israel khususnya terhadap anak dan perempuan Palestina.
“Perlindungan utama yang dibutuhkan orang Palestina -terutama anak-anak dan perempuan- saat ini adalah dari kejahatan kriminal tentara maupun pemukim Israel. Penembakan, penghancuran rumah dan sekolah, penangkapan, merupakan faktor utama penyebab luka psikis anak dan perempuan Palestina. Kemana suara pembela keadilan?,” pungkas Vira.
Webinar Solidaritas Kemerdekaan RI ini merupakan penghantar kampanye yang akan dilaksanakan secara serentak. Sejalan dengan Global Women’s Coalition for Al-Quds and Palestine (Koalisi Perempuan Global untuk al Quds dan Palestina) pada tanggal 15 Agustus 2023 akan merilis secara daring kampanye ‘Palestina Arah Perjuanganku’.
Merupakan kampanye sepanjang tahun yang akan diikuti oleh seluruh negara yang bergabung di koalisi, lembaga mitra, para aktivis sosial kepalestinaan, jaringan ulama dan akademisi, jaringan wanita internasional dan masyarakat umum.
Kampanye ini digagas untuk memobilisasi dukungan dan advokasi untuk perjuangan Palestina dan mengaktifkan kembali peran umat terhadap arah perjuangan abadi umat yaitu Palestina dengan seluruh wilayah dan sasaran perhatiannya, yaitu Al-Quds, Gaza, Tepi Barat, wilayah pendudukan , pengungsi, dan tawanan.
Pada bulan Mei 2023 telah berlangsung kampanye bertema: Jalur Gaza (16-21 Mei 2023) dengan acara penutup peringatan Pertempuran Seif Al-Quds dengan tagar #WeAreWithYou, dan pada bulan di bulan Agustus ini tema kampanye adalah Al-Quds dan Tepi Barat (15-21 Agustus 2023) dengan rangkaian acara peringatan pembakaran Masjid Al-Aqsha dengan tagar #TogetherWeMakeItsVictory #BersamaKitaMenangkan
Menyasar seluruh wanita dunia dalam berbagai perannya (aktivis sosial, ulama, akademisi, pemudi) dalam rilisnya Koalisi Perempuan Global menyatakan tujuan dari kampanye ini antara lain untuk meningkatkan kesadaran dunia terkait isu Palestina dan kondisi rakyat Palestina.
Untuk mengeskspose kejahatan kemanusiaan yang terus menerus dilakukan penjajah zionis dan untuk meningkatkan kontribusi kaum perempuan dan seluruh umat dengan media dan gerakan sosial.
Ketua KPIPA Nurjanah Hulwani menyatakan bahwa, “Kesibukan umat Islam dengan program-progam keumatan di dalam negeri terkadang membuat umat lupa terhadap persoalan Palestina terutama pusat perjuangan umat Islam Baitul Maqdis. Kampanye ini mengingatkan kita untuk tetap membersamai perjuangan membebaskan masjid al Aqsa dan berkontribusi nyata dengan apa saja yang kita miliki,” demikian Nurjanah.