MERAHASIAKAN kebaikan termasuk sedekah sangat dicintai Allah. Hanya Allah yang tahu sedekahnya.
Seorang cicit Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan teladan tentang kerahasiaan bersedekah. Ia adalah Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, atau biasa disebut Ali Zainal Abidin.
Para ulama salaf memberikan kesaksian yang begitu menakjubkan. Ketika akan dimandikan, pada bagian punggung jenazah ditemukan bagian yang berwarna kehitaman. Orang-orang bertanya, “Ini bekas luka apa?”
Seorang sahabat dekat beliau mengatakan, “Itu bekas pikulan yang digunakan untuk mengantarkan makanan ke orang-orang miskin di Madinah, setiap malam.”
Dengan kata lain, Ali Zainal Abidin tak pernah menyuruh murid-muridnya, anak-anaknya, atau pembantunya. Ia lakukan itu sendiri agar tak diketahui seorang pun.
Bahkan, sanak keluarganya mengira kalau Ali Zainal Abidin pelit. Ia terlihat sering mengumpulkan uang, tapi tak pernah terlihat disedekahkan.
Peristiwa ini sekaligus menjawab tanda tanya para fakir miskin se-Madinah tentang bantuan misterius yang kerap ada di depan rumah mereka saat pagi hari. Mereka tidak pernah tahu siapa pelakunya, kecuali setelah Ali Zainal Abidin wafat.
Ali Zainal Abidin bersyukur bisa selamat dari pembantaian yang dilakukan penguasa yang juga musuh-musuh ayahnya. Hanya dirinya yang selamat dari peristiwa ‘Karbala’ itu. Sementara yang lainnya tewas.
Saat itu, ia baru berusia 13 tahun. Ia tak dibunuh karena sedang sakit dan tak bisa keluar dari tenda. Para pembunuh menilai sakit Ali Zainal Abidin sangat parah dan tak mungkin selamat.
Ali Zainal Abidin tak pernah dendam. Ia mengisi sisa hidupnya untuk ibadah, dakwah, dan sedekah.
Ia dikendal warga Madinah sebagai As-Sajjad, atau orang yang gemar bersujud. Sujudnya begitu lama dan selalu terlihat seperti itu di setiap malamnya.
Malam rupanya bagi Ali Zainal Abidin seperti siang untuk orang kebanyakan. Ia tak pernah tidur. Ia isi dengan ibadah dan berkeliling mengantarkan sedekah, meski dengan memikul sendiri.
Semua rahasia sedekahnya baru diketahui orang setelah ia wafat. Ali Zainal Abidin wafat di usia 54 tahun.
**
Apa enaknya mencapai nilai terbaik tanpa diketahui orang lain. Begitulah kira-kira logika orang-orang yang suka dipuji karena prestasi kebaikannya.
Enaknya cuma satu: hanya dipuji oleh Pencipta dan Pemilik alam raya: Allah subhanahu wata’ala. Dan Dialah yang secara khusus akan membalasnya.
Jadilah orang yang dianggap biasa, padahal luar biasa. Bukan sebaliknya: dianggap luar biasa, padahal biasa saja. [Mh]