ORANG bahagia itu bukan karena hartanya berlimpah. Tapi karena selalu bersyukur dengan apa yang diterima.
Kehidupan ini menawarkan dua keadaan. Hidup bahagia dan hidup susah. Sebenarnya, kitalah yang memilih, apakah hidup kita bahagia atau susah.
Bahagia itu datang dari dalam diri. Kalau ia berterima kasih dengan apa yang diterima, ia akan menjadi orang paling bahagia di muka bumi.
Sebaliknya, ketika ia merasa serba kurang, ia menjadi orang paling susah di bumi ini.
Jadi, bahagia atau susah itu bukan pada besaran yang diterima. Karena hal itu sangat relatif. Tapi pada keadaan hati saat menerima apa yang diberikan, dari sesama manusia atau dari Allah subhanahu wata’ala.
Misalnya, ada orang yang menerima hadiah sebesar tujuh puluh lima ribu rupiah. Kemudian ia bereaksi dalam hati, “Yah, andai dapatnya seratus ribu rupiah, saya bisa beli ini dan itu.”
Meskipun ia pada dasarnya mendapatkan uang, tapi karena tidak ada rasa syukur atau terima kasih, maka tetap hadiah itu tidak memberikannya kebahagiaan. Justru menambah rasa susah karena merasa kurang.
Ada beberapa sebab orang susah berterima kasih atau bersyukur. Pertama, karena batinnya hanya siap menerima, bukan memberi.
Orang yang batinnya selalu ingin menerima, berapa pun yang ia dapatkan, akan terasa selalu kurang. Dan ini akan menjadi siksaan hidup yang luar biasa.
Kedua, karena ia selalu melihat yang nerimanya lebih banyak. Inilah penghambat rasa syukur. Seolah-olah, ia sebagai orang yang paling minim perolehannya.
Ketiga, ia hanya fokus dengan apa yang diterima, bukan pada siapa yang ngasih.
Bayangkan dengan seseorang yang sedang jatuh cinta. Ketika kekasihnya hanya memberikan sebuah sapu tangan yang harganya mungkin tidak seberapa, ia justru merasa seperti mendapat benda tak ternilai harganya.
Ia simpan dengan baik sapu tangan itu. Ia tidak akan biarkan, bahkan satu debu pun hinggap. Baginya, satu sapu tangan bagaikan seribu satu cerminan keindahan dari sosok sang kekasih.
Kini, siapa yang memberikan kita kesehatan, usia, oksigen, air, panca indera yang sempurna, keluarga yang soleh dan solehah, dan seterusnya.
Yang memberikan semua yang tanpa kita minta itu adalah Allah subhanahu wata’ala. Ia sedang menguji kita apakah kita bersyukur atau tidak.
Apa yang Allah berikan di dunia ini hanya sekadar pura-pura saja. Karena pemberian yang sebenarnya telah Allah siapkan di dunia yang kekal abadi sana.
Karena itu, latihlah diri kita untuk selalu berterima kasih pada Allah dan manusia. Sekecil apa pun pemberian yang kita kira. Karena dengan begitulah kita akan menjadi orang yang paling bahagia. [Mh]