ChanelMuslim.com – Di tengah udara yang pengap karena dipenuhi kezaliman, muncul berkas cahaya lain yang lebih terang dari cahaya yang pertama, yaitu Umar bin Khattab masuk Islam.
Umar masuk Islam pada bulan Dzulhijjah pada tahun keenam dari nubuwah, tepatnya tiga hari setelah keislaman Hamzah bin Abdul Muthalib.
Umar bin Al-Khattab adalah pemuda yang gagah dengan badan yang tegap dan memiliki watak temperamental. Keislamannya mengguncangkan orang-orang musyrik. Berikut simak kisah masuk Islamnya Umar bin Al-Khattab.
Baca Juga: Kisah Hamzah bin Abdul Muthalib Masuk Islam
Berita untuk Umar
Suatu hari, Umar keluar rumah sambil menghunus pedangnya dengan maksud ingin menghabisi Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, melanjutkan langkahnya menuju Darul Arqam. Umar berpapasan dengan Nu’aim bin Abdullah.
“Hendak ke mana, wahai putra Khattab?” kata Nu’aim bin Abdullah.
“Aku akan menemui Muhammad! Dia yang menukar agama nenek moyang kita. Dia yang memecah belah masyarakat Quraisy. Dia memiliki banyak angan-angan bodoh. Dia yang mencaci tuhan-tuhan kita. Untuk semua kesalahannya itu, aku akan menebas lehernya!” jawabnya.
“Apa yang bisa menjamin keamanan dirimu dapi pembalasan Bani Hasyim dan Bani Zuhrah jika engkau membunuh Muhammad?
“Rupanya engkau telah keluar meninggalkan agama yang telah engkau peluk selama ini,” kata Umar.
“Bagaimana jika kutunjukkan sesuatu yang membuatmu lebih tercengang wahai Umar? Sesungguhnya saudarimu dan iparmu telah keluar dari agama serta meninggalkan agama yang selama ini engkau peluk,” kata Nu’aim.
Umar Masuk Islam setelah Menemui Fatimah dan Suaminya
Umar segera membalikkan badan dan melangkah cepat menuju ke rumah adiknya, yang saat itu ada pula Khabbab bin al-Arts, sedang memegang Shahifah berisi surat Thaha. Dia membacakan surat ini di hadapan mereka berdua. Tatkala Khabbab mendengar suara kedatangan Umar, ia menyingkir ke kebagian belakang ruangan, sedangkan Fatimah menyembunyikan Shahifah Alquran. Namun, ketika Umar mendekati rumah adiknya, Umar sempat mendengar bacaan Khabbab di hadapan adik dan iparnya.
“Apa suara bisik-bisik yang sempat kudengar dari kalian tadi?” tanya Umar.
“Hanya sekadar obrolan di antara kami,” jawab keduanya.
“Kupikir kalian sudah keluar dari agama,” kata Umar.
“Wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran ada dalam agama selain agamamu?” tanya suami Fatimah.
Seketika Umar melompat ke arah adik iparnya dan menginjaknya keras-keras. Adiknya mendekat unuk menolong suaminya. Namun, Umar menonjok Fatimah hingga wajahnya berdarah.
“Wahai Umar, jika memang kebenaran itu ada dalam selain agamamu, maka bersaksilah bahwa tiada Ilah selain Allah dan bersaksilah bahwa Muhammad adalah Rasul Allah,” kata Fatimah.
Umar mulai merasa putus asa. Dia lihat darah yang meleleh di wajah Fatimah. Maka Umar menyesali akan perbuatannya.
“Berikan Alkitab yang tadi kalian baca!” kata Umar.
“Engkau adalah orang yang najis. Alkitab ini tidak boleh disentuh kecuali orang-orang yang suci. Bangunlah dan mandilah jika mau!” tegas Fatimah.
Maka Umar segera mandi, setelah itu memegang Alkitab. Dia mulai membaca isinya, “Bismillahir-rahmanir-rahim.” Lalu berkata “nama-nama bagus dan suci.” Kemudian dia membaca, “Thaha,” hingga berhenti pada firman Allah:
اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ
“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku.” (Thaha:14)
Baca Juga: Kisah Hijrahnya Umat Islam ke Habasyah
Keislaman Umar bin Khattab
Berdentum-dentum pintu Darul Arqam diketuk Umar. Sebelum membuka pintu, seorang sahabat mengintip keluar dan terkejut, seperti baru mengalami mimpi buruk.
“Pengetuk pintu adalah Umar bin Khattab!” desisnya panik kepada Rasulullah dan orang-orang di dalam, “Dia datang dengan pedang terhunus!”
Hamzah bin Abdul Muthalib berdiri dan berkata tenang. “Biarkan saja dia masuk. Jika dia datang dengan maksud baik, kita sambut dengan baik. Namun, jika dia datang dengan maksud jahat, kita bunuh saja dia dengan pedangnya.”
Setelah berkata begitu, tangan Hamzah bergerak meraba gagang pedangnya. Suasana tambah mencekam ketika pintu dibuka. Namun, Umar tidak juga masuk, ia tetap berdiri dengan sikap garang di depan pintu.
Melihat itu, Rasulullah pun berdiri dan berjalan cepat menghampiri Umar. Dengan kecepatan yang bahkan tidak terduga oleh Umar sendiri, tangan Rasulullah yang mulia bergerak dan mencengkeram leher baju Umar dengan kuat.
Dengan suara tegas yang tidak bisa dibantah, Rasulullah berkata,
“Wahai Umar! Dengan maksud apa engkau datang? Demi Allah, aku tidak akan melihat engkau berhenti dengan sikap dan tindakanmu terhadap kami hingga Allah menurunkan bencana untukmu,” kata Rasulullah.
“Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah dan sesungguhnya engkau adalah Rasulullah,” kata Umar.
Jadilah Umar masuk Islam. Semua yang ada di dalam itu bertakbir secara serempak sehingga takbir mereka bisa didengar orang-orang yang ada di Masjidil Haram. Takbir Hamzah membahana.
Pada bulan Dzulhijjah tahun keenam kenabian itu, Umar bin Khattab, sahabat berperang dan teman minumnya, menjadi saudara seiman. Hati mereka terikat dalam tali yang tidak bisa putus lagi sampai ke akhirat. Dengan kegembiraan yang tiada tara, Rasulullah mengusap dada Umar agar sahabat barunya itu tetap dalam keimanan.[ind/Walidah]