ChanelMuslim.com – Sejak Hamzah dan Umar mengikuti Nabi Muhammad, maka orang-orang musyrik beralih ke pemboikotan untuk menghentikan dakwahnya.
Umat Islam saat itu menjadi sasaran pengepungan dalam hal ekonomi dan sosial secara penuh oleh kaum Quraisy. Berikut kisah pemboikotan yang dilakukan orang-orang musyrik terhadap Nabi Muhammad dan umat Islam.
Baca Juga: Kisah Dakwah Rasulullah saw di Darul Arqam
Pemboikotan secara Menyeluruh kepada Nabi Muhammad
Pemboikotan tersebut dilakukan oleh kaum Quraisy karena kekurangan kekuatan dan orang-orang yang menjadi Muslim memilih meninggalkan agama nenek moyang mereka.
Orang-orang musyrik berkumpul di perkampungan Bani Kinanah untuk membuat kesepakatan bersama meghadapi Bani Hayim dan Bani Al-Muththalib. Isinya berupa larangan menikah, berjual beli, memasuki rumah, kecuali jika secara suka rela mereka menyerahkan Muhammad untuk dibunuh.
Untuk keperluan ini, mereka menulis di atas selembar papan, berisi kesepakatan dan ketetapan untuk tidak menerima perjanjian dari Bani Hasyim sebelum mereka menyerahkan beliau untuk dibunuh.
Waktu terus berjalan. Cadangan dan bahan makanan sudah habis. Sementara orang-orang musyrik tidak membiarkan bahan makanan masuk ke Makkah.
Keadaan Bani Hasyim dan Bani Muththalib benar-benar mengenaskan, mereka kelaparan. Sampai akhirnya mereka hanya bisa memakan dedaunan dan kulit binatang.
Sementara itu, Abu Thalib selalu khawatir terhadap keadaan Rasulullah. Ketika semua orang sudah tidur, dia menyuruh beliau untuk tidur di atas tempat tidurnya. Dengan demikian, dia bisa tahu jika ada seseorang yang hendak menikam beliau secara sembunyi-sembunyi.
Akan tetapi, Rasulullah Shallahu Alahi wa sallam bersama-sama orang Muslim tetap keluar pada masa musim haji untuk menemui orang-orang yang menyeru kepada Islam.
Baca Juga: Kisah Sutaitah al-Mahamili Sang Jagoan Matematika dari Baghdad
Pembatalan Piagam
Genap tiga tahun keadaan berjalan seperti itu. Pada bulan Muharram tahun kesepuluh dari nubuwah, papan sudah terkoyak dan isinya terhapus.
Sebenarnya banyak orang di sana tidak rela dengan terhadap penulisan piagam yang dibuat oleh orang-orang musyrik itu. Lalu, mereka berkumpul di suatu tempat yang terpencil dan bersepakat untuk membatalkan piagam.
Mereka mendatangi Abu Jahl di tempat pertemuan mereka di dekat Ka’bah. Satu per satu dan secara terbuka menyuarakan penentangan mereka terhadap boikot. Dukungan publik kemudian terhadap boikot mulai bergeser.
Saat itu, Abu Thalib hanya duduk di pojok masjid, dan menghampiri orang-orang Quraisy karena Allah telah mengisyaratkan kepada Rasul-Nya masalah piagam tersebut.
Percaya bahwa keponakannya tidak akan pernah berbohong. Abu Thalib menantang para pemimpin Makkah, jika anak saudaranya berbohong, ia akan menyerahkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam kepada mereka. Namun, jika benar, mereka harus benhenti memboikot kaum Muslim.
Apa yang disampaikan Abu Thalib itu didengar orang-orang dan juga Abu Jahal serta para pemimpin Makkah pun setuju dengan kesepakatan itu. Lalu Al-Muth’im bangkit menghampiri piagam dan siap merobeknya.
Dia melihat rayap-rayap telah memakan isinya, kecuali penggalan tulisan “Bismika Allahuma” (dengan asma-Mu ya Allah), dan setiap bagian yang ada kata “Allah” juga tidak termakan rayap.
Akhirnya, papan piagam itu benar-benar dirobek dan dibatalkan Rasulullah Shallahahu alaihi wasalam. Orang-orang musyrik telah melihat satu tanda besar dari tanda-tanda nubuwah, tetapi mereka seperti yang diperintahkan Allah,
وَاِنْ يَّرَوْا اٰيَةً يُّعْرِضُوْا وَيَقُوْلُوْا سِحْرٌ مُّسْتَمِرٌّ
“Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, “(Ini adalah) sihir yang terus menerus.”(QS. Qamar:2)
Mereka berpaling dari ayat ini, mengingkari kebesaran Allah dan kekufuran mereka semakin menjadi-jadi.
Demikianlah kisah pemboikotan Nabi Muhammad dan umat Islam selama di Mekkah. Semoga peristiwa tersebut menjadi pelajaran bagi kita semua.[ind/Walidah]