ChanelMuslim.com – Kisah Abu Qudamah menceritakan pengalaman jihad mengagumkan berlanjut dengan kisah mimpi pemuda yang ikut jihad bersamanya. Setelah lelah karena khidmatnya kepada pasukan selama perjalanan, si pemuda tertidur pulas.
Baca Juga: Kisah Abu Qudamah Menceritakan Pengalaman Jihad paling Mengagumkan (1)
Gambaran Mimpi Si Pemuda
Saat tidur, tiba-tiba bibirnya mengembang menghiasi wajahnya. Setelah bangun, Abu Qudamah bertanya padanya.
“Kawan, saat tertidur kau tersenyum. Apa gerangan mimpimu?”
“Aku mimpi indah sekali. Membuatku bahagia,” jawabnya.
“Ceritakanlah padaku!” pinta Abu Qudamah penasaran.
“Aku seperti di sebuah taman hijau nan permai. Indah sekali. Pemandangannya menarik kalbuku untuk berjalan-jalan.
Saat asyik berjalan, tiba-tiba aku berdiri di depan istana perak, balkonnya dari batu permata dan mutiara serta pintu-pintunya dari emas.
Sayang, tirai-tirainya terjuntai, menghalangiku dari bagian dalam istana. Namun tak lama, keluarlah gadis-gadis menyingkap tirai-tirainya.
Sungguh wajah mereka bagaikan rembulan.
Kutatap wajah-wajah cantik itu dengan penuh kekaguman, amboi cantiknya. Marhaban. kata salah seorang dari mereka tahu aku memandanginya. Aku pun tak tahan hendak menjulurkan tangan menyentuhnya.”
Belum sampai tangan si pemuda menyentuh, dia berkata, “Belum. Ini belum waktunya. Janganlah terburu-buru.”
Telinga si pemuda juga menangkap sebuah suara salah seorang mereka.
“Ini suami Al Mardhiyah.”
Mereka berkata kepada si pemuda, “Kemarilah, yarhamukalloh.”
Baru saja kaki pemuda itu hendak melangkah, ternyata mereka telah berdiri di depannya. Mereka membawa pemuda itu ke atas istana. Di sebuah kamar, seluruhnya dari emas merah yang berkilauan indahnya.
Dalam kamar itu ada dipan yang bertahtakan permata hijau dan kaki-kakinya terbuat dari perak putih.
Dan diatasnya ada seorang gadis belia dengan wajah bersinar lebih indah dari sekadar rembulan. Kalaulah Allah tidak memantapkan kalbu dan penglihatannya niscaya butalah mata dan hilanglah akalnya karena tak kuasa menatap
kecantikannya.
“Marhaban, ahlan wa sahlan, duhai wali Allah. Sungguh engkau adalah milikku dan aku adalah milikmu,” kata gadis itu.
Baca Juga: Kisah Abu Qudamah Menceritakan Pengalaman Jihad paling Mengagumkan (2)
Perang Dimulai
“Sebentar. Janganlah terburu-buru. Belum waktunya. Aku berjanji padamu, kita bertemu besok selepas shalat Dzhuhur, bergembiralah,” ujarnya.
Akhirnya, si pemuda itu mengakhiri kisahnya. Keesokan harinya, Abu Qudamah dan pasikan bersiap menghadapi kaum kafir.
Barisan diluruskan, formasi dan strategi dimatangkan, senjata tergenggam kuat dan tali
kekang kuda dipegang erat.
Semangat pun semakin berkobar saat mendengar kalimat wahai segenap para tentara Allah, tunggangilah kuda-kuda kalian. Bergembiralah dengan jannah. Majulah kalian, baik terasa ringan oleh kalian ataupun
terasa berat.
Tak lama, pasukan Kafir tiba di hadapan mereka. Banyak sekali, bagaikan belalang yang menyebar kemana-mana.
Perang pun terjadi. Kesunyian pagi hari sontak terpecah oleh teriakan pasukan Kafir dan gema takbir Kaum Muslimin.
Suara senjata yang saling beradu, berbaur dengan riuh rendah suara para prajurit yang
sedang bertaruh nyawa. [Cms]
(Bersambung pada bagian keempat)